Setelah Pidato soal Iran, Popularitas Netanyahu Meningkat

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2015 09:52 WIB
Setelah berpidato di depan Kongres AS mengenai perundingan nuklir Iran, popularitas Benjamin Netanyahu dalam beberapa survei meningkat menjelang pemilu.
Pidato Benjamin Netanyahu di mimbar Kongres Amerika Serikat dianggap dapat merenggangkan hubungan Israel dengan AS. (Reuters/Dan Balilty)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah berpidato di mimbar Kongres Amerika Serikat mengenai perundingan nuklir Iran, popularitas Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam beberapa jajak pendapat pada Rabu (4/3) dikabarkan meningkat. Namun, Netanyahu masih bersaing ketat dengan rival beratnya dalam pemilihan umum 17 Maret mendatang.

Diberitakan Reuters, Kamis (5/3), survei yang digagas oleh stasiun televisi Israel, Channel 10, mengindikasikan partai tempat Netanyahu bernaung, Likud, akan mendapat tambahan 2 kursi menjadi 23 kursi dalam parlemen jika dibandingkan dengan perolehan suara pekan lalu. Dari hasil ini, Netanyahu masih harus bertarung sengit dengan saingannya dari Zionist Union, Isaac Herzog.

Dalam survei berbeda mengenai kandidat individual oleh Channel 10, Netanyahu diunggulkan kembali menjadi perdana menteri oleh 44 persen responden, meningkat dua persen dari pekan lalu. Sementara itu, perolehan suara untuk Herzog merosot menjadi 35 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Netanyahu memimpin jauh dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh Channel 2, dengan 47 persen pemilih ketimbang Herzog yang hanya mendapatkan 28 persen suara.

Semua survei mengindikasikan Netanyahu memiliki kemampuan kerja sama politik lebih baik dengan koalisi pemerintahan yang akan terpilih nantinya.

Dalam sistem pemilihan parlemen Israel, publik lebih memilih partai ketimbang kandidat individual. Dari sana, ketua partai dengan sekutu paling banyak biasanya akan mendapatkan mandat dari presiden untuk membentuk pemerintahan.

Kendati demikian, beberapa kritikus mengatakan bahwa Netanyahu mengambil risiko tinggi merusak hubungan dengan sekutu strategis mereka, Amerika Serikat, dengan berbicara di depan Kongres pada Selasa (2/3) demi menjaring suara menjelang pemilu.

Seperti dilansir CNN sebelumnya, Netanyahu mengatakan bahwa kesepakatan antara Iran dan Barat yang diharapkan diperoleh dalam perundingan tiga pekan lagi adalah "kesepakatan yang buruk". Menurut Netanyahu, perundingan itu tidak akan bisa mencegah Iran membuat senjata nuklir.

Pidato ini menjadi sorotan media internasional lantaran dianggap menjadi salah satu pemicu renggangnya hubungan Washington dan Tel Aviv. Pasalnya, pidato Netanyahu di Kongres tidak dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Presiden AS, Barack Obama.

Seperti dilaporkan Gawker pada Senin (2/3), protokol diplomatik Gedung Putih mengharuskan perwakilan negara asing untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada Presiden AS. Mengingat Israel telah lama menjadi sekutu AS, hal ini seharusnya tidak menjadi masalah.

Netanyahu kemudian mengabaikan protokol dan menerima undangan anggota Kongres dari Partai Republik, John Boehner untuk berpidato di depan Kongres AS. Undangan ini juga mempertegas dukungan Netanyahu kepada Partai Republik yang merupakan oposisi Partai Demokrat pimpinan Obama.

Terkait hal ini, Obama menolak bertemu dengan Netanyahu. Diberitakan Reuters, Obama beralasan bahwa bertemu dengan Netanyahu hanya beberapa minggu sebelum pemilu di Israel ditakutkan akan menjadi bukti dukungan AS terhadap Netanyahu. (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER