Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dinilai bisa memenangkan dalam pemilu berkat isu keamanan Israel, termasuk soal nuklir Iran.
"Dengan munculnya kembali Iran, kemenangan Netanyahu sudah diprediksi,” kata seorang pejabat dari negara Arab, yang menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini.
Netanyahu meraih kemenangan pemilu tak terduga pada Rabu menyerang keras kelompok oposisi, menuduh mereka akan membagi Yerusalem dan melanjutkan perundingan damai dengan Palestina serta berfokus pada isu nuklir iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia orang yang sangat yakin bisa melindungi rakyatnya, dan ini adalah apa yang diinginkan Israel sekarang."
Terkait Iran pula lah, kemenangan Netanyahu menjadi dilema bagi negara-negara Arab.
Negara-negara Teluk Arab, yang didominasi oleh kekuatan Muslim Sunni, melihat Syiah Iran sebagai saingan utama mereka dan mereka takut kesepakatan nuklir akan dapat menyebabkan Teheran justru mengembangkan senjata nuklir mereka, atau bisa meredakan tekanan politik yang bisa memberi ruang lebih bagi pemerintah Iran yang ditentang oleh Riyadh.
Jika kesepakatan nuklir antara Teheran dan negara P5+1 (AS, Rusia, Inggris, Perancis, Tiongkok dan Jerman) tercapai, Iran menginginkan negara-negara Barat mencabut sanksi ekonomi terhadap negaranya.
Sami alFaraj, penasihat keamanan Kuwait untuk Gulf Cooperation Council (GCC), yang terdiri dari Arab Saudi, Oman, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Kuwait mengatakan negara-negara Arab berada dalam dilema terkait kemenangan Netanyahu.
"Di satu sisi, ada pesimisme tentang kebijakan Netanyahu yang menyatakan tidak akan membagi Yerusalem dan tidak akan menyetujui berdirinya negara Palestina," katanya.
Sementara, di sisi lain, ada juga anggapan bahwa sikap keras Netanyahu akan melunak seiring berjalannya waktu, terutama jika tercapai konvergensi antara mereka (Netanyahu dan negara Arab) terkait Iran.
Dia mengatakan bahwa pembicaraan nuklir Iran "benar-benar menakutkan" bagi negara-negara Teluk Arab, terutama akhir-akhir ini ketika Iran mendukung pasukan Syiah dalam konflik di Irak dan Suriah serta beraliansi dengan gerakan Hizbullah Lebanon dan milisi Houthi di Yaman.
Namun banyak yang juga menganggap kemenangan Netanyahu tak kan memberi harapan bagi Palestina. Khaled al-Maeena, seorang veteran wartawan dan analis politik Saudi, menggambarkan Netanyahu sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehancuran Gaza.
"Inilah orang yang menghancurkan Gaza dan mengatakan tidak akan ada negara Palestina. Jadi (kemenangan) ini tidak membuat kita merasa akan ada saat-saat bahagia di depan. Dia bertekad untuk menghancurkan."
(stu)