Jakarta, CNN Indonesia -- Jaksa Tiongkok menuntut mantan Kepala Regulator Aset Negara, Jiang Jiemin, atas tuduhan suap dan penyalahgunaan kekuasaan pada Kamis (19/3). Ditangkapnya Jiang membuka pintu bagi terkuaknya korupsi dari oknum-oknum lain dalam pemerintahan Tiongkok.
Seperti dilansir Reuters, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, selama dua tahun belakangan meluncurkan perang terhadap korupsi. Menurutnya, korupsi mengancam hidup partai berkuasa, Partai Komunis Tiongkok.
Beberapa pejabat senior dalam partai, tubuh pemerintahan, dan militer, serta perusahaan milik negara terpuruk akibat kampanye ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jiang sendiri hanya lima bulan menjabat sebagai kepala Regulator Aset Negara sebelum akhirnya dipecat lantaran terkait kasus korupsi pada September 2013.
Jiang juga merupajan mantan kepala CNPC, induk dari PetroChina Co.Ltd dan berteman dekat dengan Zhou Yongkang, kepala keamanan domestik yang juga terseret kasus korupsi.
Jaksa penuntut mengatakan bahwa Jiang diadili lantaran menerima suap dan tak dapat menjawab dari mana asal aset besar yang ia miliki. Ia juga dituding menyalahgunakan kekuasaannya saat bekerja di CNPC.
"Aset dan pengeluarannya jelas melebihi pendapatan legalnya. Perbedaannya sangat besar dan ia tidak bisa menjelaskan dari mana sumbernya. Ia menyalahgunakan kekuasaannya dan menyebabkan kerugian besar bagi kepentingan negara," ujar jaksa dalam sebuah pernyataan.
Didakwa di luar negeriSementara itu, di Amerika Serikat, istri dari mantan pejabat Tiongkok juga diadili.
Pada Selasa (17/3), Departemen Kehakiman AS mendakwa mantan Direktur Fasilitas Penyimpanan Pemerintah di pusat Tiongkok, Jianjun Qiao, dan mantan istrinya, Shilan Zhao, atas tuduhan melarikan uang curian ke AS dan membuat visa dengan cara ilegal.
Jianjun masih buron, tapi Shilan berhasil dibekuk di Washington dan terancam dideportasi ke Tiongkok.
Shilan diadili lantaran mengelabui petugas saat mengajukan permohonan visa dengan mengatakan bahwa ia masih menikah dengan Jianjun. Ia juga dituding berbohong mengenai asal uang yang digunakan untuk membuat visa.
Hingga kini, aparat AS belum bisa melacak keberadaan Jianjun. Namun, jika tertangkap Jianjun juga terancam dideportasi.
"Ini adalah konsekuensi yang sangat mungkin dengan memulangkannya ke Tiongkok," ujar asisten jaksa Los Angeles, Ronald Cheng.
Dalam dakwaan, pasangan ini dinyatakan membeli satu unit rumah di pinggiran Seattle seharga US$500 ribu atau setara Rp6,5 miliar hasil pencucian uang. Duit tersebut diperoleh dari transaksi penipuan kasus gudang gandum besar di Provinsi Henan saat Jianjun menjabat sebagai direktur pada 1998-2011.
Tak hanya itu, masih ada beberapa pejabat Tiongkok lain yang diadili karena terseret kasus korupsi.
(stu/stu)