Berencana Luncurkan Demo, Lima Feminis Tiongkok Ditahan

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 12 Mar 2015 22:34 WIB
Tiongkok secara resmi menahan lima aktivis hak-hak asasi perempuan yang berencana untuk berdemonstrasi menentang pelecehan seksual di angkutan umum.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dinilai tidak mentolerir perbedaan pendapat di antara akademisi, wartawan dan aktivis sosial. (RIA Novosti/Alexey Kudenko)
Beijing, CNN Indonesia -- Tiongkok secara resmi menahan lima aktivis hak-hak asasi perempuan yang berencana untuk berdemonstrasi menentang pelecehan seksual di angkutan umum pada Kamis (12/3).

Penahanan para aktivis ini merupakan kasus terbaru yang menguatkan dugaan bahwa Presiden Xi Jinping tidak mentolerir perbedaan pendapat di antara akademisi, wartawan dan aktivis sosial.

Para aktivis perempuan tersebut telah membuat banner dan stiker yang bertuliskan slogan seperti "hentikan pelecehan seksual," dan menyerukan polisi untuk menangkap para tersangka pelecehan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilaporkan Reuters, lima aktivis yang berasal dari tiga kota di Tiongkok, ditahan di sebuah pusat penahanan di Beijing.

"Ini benar-benar tidak masuk akal. Tak satu pun dari mereka melanggar hukum," kata Wang Qiushi, pengacara salah satu aktivis.

Lima aktivis yang tak dipublikasikan namanya ini berencana berdemonstrasi di Beijing dan kota selatan Guangzhou pada Minggu (8/3), bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional.

Namun, setelah rencana mereka tercium, mereka ditahan pada Jumat (6/3) bersama dengan aktivis HAM lainnya yang kemudian dibebaskan setelah diinterogasi.

Tidak ada dakwaan resmi yang dilayangkan kepada para aktivis ini, namun diduga mereka ditahan karena "berisiko memancing perseteruan dan memprovokasi masalah", kata Wang.

Wang menduga dakwaan tersebut karena alasan ini kerap kali dilayangkan untuk memenjarakan para pembangkang politik.

Seorang aktivis HAM yang dekat dengan dua feminis yang ditahan menyatakan bahwa sebelumnya polisi telah memperingatkan pelarangan berdemonstrasi pada Hari Perempuan Internasional karena bertepatan dengan sidang parlemen tahunan yang dianggap sebagai periode yang sensitif bagi kepemimpinan.

Yan Xin, pengacara lain yang mewakili salah satu aktivis wanita, menyatakan ia telah mempelajari rincian kasus setelah bertemu kliennya, pada Kamis (12/3).

Polisi di distrik, Haidian, Beijing, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar terkait hal ini.

"Ini mengerikan bahwa perempuan yang meminta polisi untuk menyelidiki pelecehan seksual berakhir di penjara," kata William Nee dari organisasi HAM Amnesty International dalam sebuah pernyataan.

Selain kepada para aktivis, Tiongkok juga kerap dikenal kerap menekan organisasi non-pemerintah, termasuk kelompok asing. Rancangan undang-undang yang mengatur organisasi asing akan memberikan wewenang kepada polisi untuk membatasi keuangan dan kegiatan mereka. (ama/ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER