Lee Kuan Yew, Tokoh Abadi dalam Pemerintahan Singapura

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 03:58 WIB
Meskipun telah mengundurkan diri, Lee sempat tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di Singapura.
Lee Kuan Yew di tahun 1969. (Michael Stroud/Daily Express/Hulton Archive)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lee Kuan Yew merupakan Perdana Menteri Singapura pertama. Lee menjabat dari tahun 1959 hingga mengundurkan diri pada tahun 1990.

Meskipun telah mengundurkan diri, Lee tetap menjadi tokoh politik yang berpengaruh di Singapura. Semasa pemerintahan mantan perdana menteri Goh Chok Tong, Lee menjabat sebagai Menteri Senior.

(Baca juga: PM Pertama Singapura Meninggal)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini jabatan dia ialah Menteri Penasihat, sebuah jabatan baru yang dibentuk di bawah kepemimpinan anaknya, Lee Hsien Loong, yang menjadi PM ketiga pada 12 Agustus 2004.

Lahir pada 16 September 1923, Lee sempat menjadi penjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari tapioka, di pasar gelap, karena kuliahnya tertunda akibat Perang Dunia II dan pendudukan Jepang di Singapura pada 1942–1945.

Lee, mengambil mata pelajaran bahasa Mandarin dan bahasa Jepang sejak 1942, bekerja sebagai penulis laporan kilat bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk koran propaganda Jepang, Hobudu dari 1943 hingga 1944.

Setelah perang berakhir, Lee mengambil jurusan hukum di Fitzwilliam College, Inggris. Ia kembali ke Singapura pada 1949 untuk bekerja sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.

Bersama dengan rekan sekolahnya di Inggris, Lee membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga kolonialisme Britania Raya dapat berakhir pada 1954.

Lima tahun kemudian, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall.

Selama masa kepemimpinan Lee, Singapura berkembang dari negara golongan Dunia Ketiga menjadi salah satu negara maju di dunia, meskipun hanya mempunyai sedikit penduduk dan sumber daya alam.

Dari berbagai pemberitaan, Lee kerap berkata bahwa satu-satunya sumber daya alam Singapura adalah rakyatnya dan ketekadan dalam bekerja.

Namun, pemerintahan Lee bukan tanpa kontroversi. Lee dianggap sebagai seorang otoriter yang condong kepada kaum elit.

Lee melaksanakan beberapa peraturan keras guna menekan kaum oposisi dan kebebasan berpendapat, misalnya penuntutan perkara pemfitnahan hingga membangkrutkan musuh-musuh politiknya.

Lee juga pernah memenjarakan Chia Thye Poh, mantan anggota Parlemen partai oposisi Barisan Sosialis, selama 22 tahun, dengan berdasar pada UU Keamanan Dalam Negeri.

Untuk memberikan wewenang penuh kepada para hakim dalam keputusan mereka, Lee menghapuskan sistem juri dalam pengadilan Singapura.

Lee sendiri pernah dikutip mengatakan bahwa ia lebih suka ditakuti daripada disayangi rakyatnya.

Lee kemudian menjadi perdana menteri untuk tiga dasawarsa atau tujuh masa jabatan berturut-turut hingga tahun 1990, ketika akhirnya dia mengundurkan diri dan digantikan dengan Goh Chok Tong.

Namun, Lee tetap menjabat dalam pemerintahan Singapura dengan menjadi menteri senior dalam kabinet yang dibentuk Goh.

Ketika Goh mengundurkan diri pada Agustus 2004, anak Lee, Lee Hsien Loong menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura hingga saat ini. Lee Kuan Yew menjabat posisi yang baru dibentuk, yakni Menteri Penasihat dalam pemerintahan Singapura.

Lee kemudian mengundurkan diri dari kehidupan publik pada 2011 setelah mundur dari jabatan kabinet, dan setelah Partai Aksi Rakyat yang berkuasa mencatat perolehan suara terburuk dalam pemilu sejak Singapura Merdeka.

Selama menjabat, Lee menerima berbagai tanda penghargaan, termasuk "Order of the Companions of Honour" pada 1970, "Knight Grand Cross of the Order of St Michael and St George" pada 1972, "Freedom of the City" di London pada 1982, "Order of the Crown of Johore First Class" pada 1984 dan "Order of the Rising Sun" pada 1967.

Lee juga sempat menulis dua buku memoar. Buku Lee berjudul "The Singapore Story" berisikan pandangannya mengenai sejarah Singapura hingga negara itu keluar dari Federasi Malaysia pada 1965. Buku lainnya, "From Third World to First: The Singapore Story" Lee menuangkan pandangannya mengenai perubahan Singapura menjadi negara maju.

Awal Februari lalu, Lee dilaporkan menderita penyakit pneumonia parah dan dirawat di rumah sakit. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER