Warisan Lee Kuan Yew untuk Singapura

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 04:57 WIB
Lee Kuan Yew percaya bahwa dia telah meninggalkan negara itu pada orang-orang yang bisa diandalkan.
Lee Kuan Yew pada tahun 2013. ( REUTERS/Edgar Su/Files)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lee Kuan Yew menghembuskan nafasnya yang terakhir pada Senin (23/4) dini hari. Untuk Singapura, dia meninggalkan warisan yang luar biasa.

Lahir 91 tahun lalu, Lee adalah salah satu tokoh pemimpin di Asia dengan kepribadian yang luar biasa. Ketegasan dan ketajamannya dalam membuat kebijakan menjadikan Singapura salah satu negara dengan pendapatan per kapita terbesar di dunia.

Berkat Lee, warga Singapura bisa merasakan pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik berkualitas tinggi. Negara Singa ini juga menjadi magnet bagi para pekerja asing, yang menempati porsi seperlima dari 5 juta warga Singapura.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lee menjabat perdana menteri pertama Singapura usai kemerdekaan pasca Perang Dunia II tahun 1946 dan pada perpisahan dengan Malaysia 1965. Saat itu, siapa mengira salah satu negara terkecil dunia ini bisa bertahan dengan sumber daya alamnya yang minim.

Usai pisah dari Malaysia, Lee menghadapi berbagai masalah serius, seperti angka pengangguran yang tinggi, kurangnya permukiman warga dan korupsi yang meluas.

Seluruh permasalahan ini rampung di tangan pemerintahan Lee. Pendapatan Nasional Per Kapita, GNP, Singapura meningkat 15 kali lipat dari US$443 tahun 1960 menjadi US$6.634 di pertengahan 1980-an. Bahkan kini, GNP Singapura telah mencapai lebih dari US$60 ribu.

Beberapa tahun Lee menjabat PM, pengangguran bukan lagi menjadi masalah dengan terciptanya banyak lapangan pekerjaan.

Penempatan populasi di perumahan publik juga meningkat sembilan kali lipat dari 9 persen ke 81 persen. Sebagai catatan, Indonesia kini ada di posisi 107 di indeks korupsi dunia.

Lee percaya pemerintahan yang bersih akan menciptakan kepercayaan dari dunia, sehingga menarik investasi asing ke Singapura. Menurut laporan Business Environment Risk Intelligence (BERI) tahun 2014, Singapura adalah negara nomor satu dengan potensi investasi terbaik dunia dan negara dengan kemudahan berbisnis terbaik dunia.

"Tidak ada sistem yang bersih, kami menjalankan sistem yang bersih. Kami menjadi bisa diandalkan dan kredibel bagi investor," kata Lee dalam sebuah wawancara.

Meningkatkan perekonomian, Lee fokus pada pembenahan sumber daya manusia.
Menurut dia, kualitas sumber daya manusia adalah faktor paling penting dalam menentukan kompetisi nasional.

Karena itulah dia menggenjot kualitas pendidikan Singapura. Lee menjadikan pendidikan Singapora berorientasi inovasi dan mencetak para wirausahawan. Menurut dia, seorang terpelajar harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

"Mereka yang punya otak cerdas untuk menjadi terpelajar juga harus bisa menjadi investor, inovator, pemodal dan wirausahawan, mereka harus membawa produk baru dan layanan ke pasar untuk memperkaya kehidupan orang di manapun," kata Lee.

Pendidikan yang menekankan kewirausahaan, inovasi, dan manajemen menjadikan sistem pendidikan di Singapura salah satu yang terbaik di dunia.

Dua Anak Cukup

Akhir tahun 1960an, Lee khawatir pertumbuhan populasi yang pesat akan membuat perekonomian Singapura terganggu. Oleh karena itu dia menerapkan kebijakan "dua anak cukup" dan menyerukan pasangan suami istri melakukan sterilisasi setelah anak kedua.

Kebijakan ini dihentikan di masa Perdana Menteri Goh Chok Tong karena dinilai "terlalu berhasil" dan membuat angka kelahiran menurun drastis.

Demi meningkatkan sumber daya manusia, tahun 1983 Lee mengeluarkan kebijakan yang kontrovesial. Saat itu, dia menyerukan pria Singapura untuk menikahi wanita terpelajar. Menurut dia, para wanita lulusan universitas banyak yang urung menikah, sebuah pendapat yang banyak ditolak oleh kaum Hawa.

Pemerintah Lee akhirnya membentuk Unit Pengembangan Sosial, berupa lembaga mak comblang untuk menjodohkan sarjana pria dan wanita.

Lee berhenti dari posisi perdana menteri pada tahun 1990 dan memberikan kesempatan pada kaum muda untuk memimpin Singapura. Saat ini, Singapura dipimpin oleh putra sulungnya, Lee Hsien Loong, sebagai perdana menteri ketiga negara itu.

Pada wawancara tahun 1996 pada Singapore Press Club dan Foreign Correspondents Association, Lee percaya bahwa dia telah meninggalkan negara itu pada orang-orang yang bisa diandalkan.

"Singapura harus punya dua syarat untuk sukses: pemimpin yang tegar, berdedikasi, tegas, mampu dan jujur, dan orang-orang yang sadar soal kelemahan dasar negara, yang siap untuk turun dan bekerja sama menghadapi tantangan," ujar Lee. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER