Tokyo/Sydney, CNN Indonesia -- Jepang mengeluarkan isyarat berhati-hati mendukung Bank Infrastruktur Asia, AIIB, yang didukung oleh Tiongkok dengan menyatakan bahwa negara itu bisa bergabung jika memenuhi persyaratan.
Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan Tokyo bisa bergabung dalam bank yang dimotori Tiongkong itu jika institusi ini bisa menjamin satu mekanisme yang diandalkan dalam memberi pinjaman.
“Kami telah meminta kepastian akan keberlanjutan pemberian pinjaman dengan memperhitungkan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat,” ujar Taro Aso setelah rapat kabinet di Tokyo pada Jumat (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami bisa (mempertimbangkan untuk bergabung) jika masalah-masalah ini dijamin. Ada kesempatan kami datang dan berunding. Tetapi sejauh ini kami belum mendengar tanggapan atas hal tersebut.”
Ini merupakan pernyataan mengejutkan dari Jepang, karena meski Jepang dan Tiongkok memiliki hubungan perdagangan dan bisnis yang mendalam, hubungan diplomatik kedua negara menjadi tegang terkait perebutan wilayah dan juga kompetisi pengaruh di wilayah Asia.
Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda, dan mentan presiden ADB, mengeluarkan pernyataan berhati-hati terkait AIIB.
“Memang ada keperluan, permintaan besar untuk investasi infrastruktur di Asia,” kata Kuroda dalam jumpa pers Jumat (20/3).
“Selain itu, Bank Dunia dan ADB sudah membantu membangun negara-negara di Asia untuk memperbaiki infrastruktur mereka dalam 50 tahun terakhir,” kata Kuroda. “Kedua badan ini memiliki pengetahuan dan pengalaman…Itu saja yang bisa saya katakan.”
AIIB bisa menjadi pesaing Bank Pembangunan Asia, ADB, institusi finansial wilayah yang didominasi oleh Jepang dan Amerika Serikat. ADB selalu dikepalai oleh seorang pejabat senior Bank Sentral Jepang atau kementerian keuangan negara itu.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Australia Joe Hockey mengatakan bank itu “memiliki banyak manfaat” dan koran Sydney Morning Herald melaporkan bahwa Canberra akan secara resmi memutuskan untuk bergabung dalam AAIB atau tidak pada Senin (23/3).
Jepang, Australia dan Korea Utara yang merupakan sekutu utama Amerika Serikat di wilayah belum menjadi anggota AAIB. Amerika Serikat yang khawatir dengan pengaruh diplomasi Tiongkok yang semakin besar, sebelumnya mempertanyakan apakah bank ini akan memiliki standar tata kelola, lingkungan dan sosial yang mencukupi.
Tetapi setelah Inggris bergabung yang sekaligus memisahkan diri dengan kebijakan negara-negara Barat awal bulan ini, sejumlah anggota utama Uni Eropa mulai mengikuti langkah tersebut.
Kini Australia hampir pasti bergabung, demikian juga dengan Korea Selatan.
Menteri Keuangan Australia Joe Hockey mengatakan belum ada keputusan terkait keterlibatan negaranya, tetapi masalah ini masih dipertimbangkan dengan serius.
“Lebih dari 30 negara telah bergabung. Bank ini akan beroperasi di wilayah kita, di tetangga kita,” ujarnya seperti dikutip kantor berita Reuters.
“Bank ini banyak manfaatnya, tetapi kami ingin memastikan ada prosedur tata kelola yang baik. Akan ada transparansi, tidak ada satu negara yang bisa mengendalikan bank itu.”
Hockey mengatakan bergabung dengan AIIB tidak akan berdampak pada hubungan dengan Amerika Serikat dan merujuk pada keuntungan yang bisa diraih perusahaan-perusahaan Australia.
“Amerika Serikat mengerti bahwa bank ini akan beroperasi di wilayah kita. Bank ini akan mempergunakan kontraktor dari wilayah ini. Kami ingin kontraktor Australia mendapat proyek-proyek dari bank ini,” katanya.
“Dan karena bank ini beroperasi di wilayah kita, di tetangga kita, penting bagi Australia untuk mengerti sepenuhnya dan mempertimbangkan bergabung dalam Bank ini.”
Koran Sydney Morning Herald mengatakan Canberra bisa menginvestasi hingga US$3,2 miliar di bank itu dan bahwa Komite Keamanan Nasional telah mengijinkan investasi tersebut.
Sementara itu para pejabat Korea Selatan menyangkal satu laporan media bahwa Seoul telah memutuskan untuk bergabung dengan imbalan lima persen saham di AIIB, dan posisi wakil kepala bank tersebut.
Kementerian keuangan mengatakan dalam pernyataan tertulis bahwa Korea Selatan akan mengambil keputusan bergabung dalam bank “melalui konsultasi dengan negara-negara besar dan setelah mempertimbangkan berbagai faktor seperti keuntungan dan kerugian ekonomi.”
(yns)