Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di dua masjid di ibu kota Yaman, Sanaa, yang menewaskan 137 orang pada Jumat (20/3). Dalam sebuah pernyataan tertulis yang dirujuk CNN, ISIS menyatakan lima orang pembawa bom dikirim untuk melawan kelompok Syiah Houthi di Yaman.
Dilansir dari Russia Today, serangan bom ini terjadi di Masjid Badr dan Masjid Hashush yang kerap digunakan oleh kelompok militan Houthi. Salah seorang pemimpin agama Houthi, Murtatha Al Mahathwari, turut tewas dalam serangan tersebut.
Seorang saksi yang enggan diungkap identitasnya mengaku mendengar dua ledakan berturut-turut di Masjid Badr. "Saya hendak beribadah di masjid ketika mendengar ledakan pertama, dan sedetik kemudian saya mendengar ledakan lainnya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengamat terorisme asal Inggris, Paul Cruickshank, serangan ini akan membuat suasana di Yaman kian mencekam.
Pergolakan di Yaman hingga saat ini belum selesai. Sejak September 2014, kelompok Syiah Houthi melakukan gempuran besar-besaran terhadap pemerintah Yaman dan akhirnya berhasil mengudeta istana kepresidenan di Sanaa pada Januari 2015.
Bulan lalu, Houthi memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mengundurkan diri. Namun Hadi berhasil kabur dari tahanan rumah dan kembali menegaskan statusnya sebagai presiden. Hadi menarik jajaran stafnya ke kota pelabuhan Aden di sebelah selatan dan mendirikan pemerintahan tandingan dari kekuasaan Houthi.
Dalam upaya mendirikan negara otonom di Yaman, Houthi tidak hanya harus berhadapan dengan pemerintah, tapi juga al-Qaeda.
Di tengah pergolakan tersebut, ISIS kini juga menyatakan perang terhadap Houthi. Sementara ISIS dan al-Qaeda sendiri memiliki paham berseberangan.
"Kelompok dominan di Yaman adalah al-Qaeda. ISIS dan al-Qaeda tak dapat bersatu. Siapapun yang bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri ini, saya pikir, sedang mencoba mengobarkan perang sipil," kata Cruickshank.
(agk)