Sanaa, Yaman, CNN Indonesia -- Militer Amerika Serikat saat ini dalam proses penarikan 100 orang pasukan operasi spesialnya. Mereka adalah anggota pasukan yang selama ini berada di pangkalan udara Al Anad di Yaman, selama situasi keamanan memburuk, demikian keteragan dari sumber CNN.
Mereka yang dievakuasi adalah pasukan terakhir Amerika yang ditempatkan di negara-negara Arab, yang menjadi rumah pagi Al Qaeda di Semenanjung Arab, kelompok teroris yang juga dikenal sebagai AQAP. Amerika Serikat menutup kedutaan besarnya di Sanaa bulan lalu, setelah pemberontak Houthi mengambil alih ibukota Yaman.
Selama beberapa tahun, militer Amerika Serikat bekerja dengan pemerintah Yaman untuk melawan AQAP. Bersama mereka melakukan sejumlah penyerangan seperti di tahun 2011 dengan drone yang menewaskan tokoh terkemuka Al Qaeda, Anwar al-Awlaki. Presiden Barack Obama memuji kerjasama ini sebagai pilar kampanye anti-terorismenya.
“Yaman sebelumnya belum pernah jadi negara dengan demokrasi dan stabilitas yang terbaik,” kata Obama pada Januari, saat mempromisikan kebijakan, “kemitraan dan berbagi informasi intelijen dengan pemerintah lokal,” sebagai pendekatan terbaik dalam kondisi terburuk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Alternatif buat kita adalah memainkan serangan secara acak sepanjang waktu disana adalah aktor teroris di negara manapun,” kata Presiden Obama.
Namun meski pernah ada serangan dengan drone beberapa tahun terakhir, usaha kooperatif yang dilakukan terhambat oleh meningkatkan kesulitan menjaga kesatuan dan kedamaian di Yaman. Termasuk pula kemunculan Houthi, pertempuran mereka dengan pasukan loyal pada President Abdu Rabu Mansour Hadi yang digulingkan. Ditambah dengah kehadiran bukan hanya tentara Al Qaeda tapi juga militan lainnya.
Pada hari Jumat misalnya. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas tindakan pemboman dua mesjid di Sanaa. Jika klaim ini benar, tindakan ini menandai serangan berskala besar pertama kelompok tersebut di Yaman. Klaim mereka muncul di situs yang sebelumnya membawakan proklamasi ISIS yang sayangnya tak bisa dengan segera diperiksa keotentikannya oleh CNN.
Serangan itu membunuh sedikitnya 137 orang dan melukai 357 orang lainnya, berdasarkan Saba laporan kantor berita pemerintah Yaman.
Meski ISIS dan Al Qaeda keduanya adalah kelompok Sunni, namun menjalankan versi ekstrim dari Islam dan menentang dengan keras Barat, bukan berarti mereka akan saling bekerja sama dalam waktu dekat. Faktanya, AQAP menegur dengan keras video ISIS yang dirilis pada November, berisi karakterisasi pemimpin mereka Abu Abu Bakr al-Baghdadi. AQAP menyebut deklarasi kekalifahan Islam tidak sah.
Lebih dari segalanya, ide kelompok yang menyebut diri sebagai Negara Islam yang semakin menegaskan situasi yang chaos di sana. Tanpa ada seorangpun yang mengendalikan, yang berarti banyak kelompok — termasuk yang memiliki sejarah membunuh warga sipil dan menyerang Barat — akan lebih banyak ruang salah satu pihak untuk beroperasi dan kemungkinan potensial untuk mengambil alih kekuasaan.
(utw/utw)