Serangan Museum Tunisia, Puluhan Tersangka Ditahan

CNN Indonesia
Minggu, 22 Mar 2015 14:32 WIB
Tunisia telah menahan lebih dari 20 tersangka militan yang diduga terkait dengan penyerangan di Museum Bardo pada Rabu (18/3) lalu.
Pemerintah Tunisia telah berhasil membekuk dua tersangka pelaku penyerangan Museum Bardo, yang diidentifikasi bernama Yassine Labidi dan Saber Khachnaoui. (Reuters/Zoubeir Souissi)
Tunis, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Tunisia telah menahan lebih dari 20 tersangka militan dalam operasi keamanan nasional terkait penyerangan di Museum Bardo, ibu kota Tunis, pada Rabu (19/3) yang menewaskan 23 orang, sebagian besar di antaranya wisatawan asing asal Jepang, Perancis, Polandia, Italia dan Kolombia.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Tunisia Mohamed Ali Aroui menyatakan bahwa hingga saat ini pihak berwenang telah menangkap lebih dari 20 tersangka militan, 10 di antaranya diyakini terlibat langsung dalam serangan Bardo.

"Ada kampanye besar-besaran terhadap para ekstremis," kata Aroui, dikutip dari Reuters, Minggu (22/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, pemerintah Tunisia telah berhasil membekuk dua tersangka pelaku penyerangan, yang diidentifikasi bernama Yassine Labidi dan Saber Khachnaoui. 

Kementerian Dalam Negeri juga telah merilis sebuah foto seorang tersangka lain dan mengimbau warga Tunisia untuk membantu aparat dengan memberikan informasi terkait tersangka tersebut.

Dalam rangka meningkatkan keamanan pasca serangan, pemerintah berencana untuk menyebarkan tentara ke sejumlah kota besar.

Sementara, ucapan duka, doa dan simpati ditunjukan oleh warga Tunisia. Ratusan orang berkumpul untuk menghadiri misa di katedral dan menyalakan lilin untuk mengenang para korban di Tunis pada Sabtu (21/3). Acara ini dihadiri oleh para menteri pemerintah.

Sementara di luar katedral, polisi terlihat melakukan penjagaan ketat di sepanjang pusat kota Habib Bourguiba. Namun, kota Tunis terlihat tenang, bahkan sebuah festival musik dijadwalkan akan diselenggarakan di kota tersebut.

Penyerangan oleh kelompok bersenjata di Museum Bardo, Tunisia, yang menewaskan 17 turis asing dan tiga warga Tunisia tersebut dinilai sebagai serangan yang paling mematikan di negara yang baru menerapkan demokrasi sejak serangan bom bunuh diri di pulau Djerba pada 2002 silam.

Pemerintah menyatakan dua pria bersenjata tersebut telah dilatih di kamp jihad di Libya sebelum meluncurkan serangan di Museum Bardo yang berlokasi di dalam kompleks parlemen Tunisia yang selama ini dikenal sebagai wilayah yang cukup aman.

Militan ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun akun media sosial yang terkait dengan kelompok Al-Qaidah yang berafiliasi di Tunisia juga meluncurkan klaim serupa.

Siapa pun yang bertanggung jawab, serangan di Museum Bardo menegaskan kelompok militan telah mengalihkan perhatian dan serangan ke Afrika Utara.

ISIS misalnya, telah mengklaim kehadiran mereka di Libya yang penuh konflik dengan mengeksekusi 21 warga Mesir penganut Kristen Koptik dan menyandera 20 pekerja medis sebelum akhirnya membebaskan mereka.

ISIS juga bersumpah akan menjadikan Libya sebagai pintu gerbang operasi mereka di Eropa mengingat jarak Libya dengan Eropa Selatan hanya dipisahkan oleh Laut Mediterania. Pulau pelabuhan paling selatan Italia, Lampedusa, hanya berjarak kurang dari 483km dari Libya.

Selain itu, para pejabat AS menyatakan bahwa karena posisinya yang strategis, Libya telah menjadi batu loncatan untuk calon pejuang dari seluruh Afrika Utara yang ingin bergabung dengan ISIS.

Ribuan Jihadis Muda
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Paris Match, Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi menyatakan diperkirakan terdapat 10 ribu jihadis muda di negaranya.

"Di antara para pemuda yang putus asa muda dan menganggur, panggilan untuk berjihad disambut baik," kata Essebsi.

"Empat ribu warga Tunisia telah bergabung jihad, di Suriah, Libya dan di tempat lain, dan beberapa 500 telah kembali ke sini dan mengancam dalam negeri. Jumlah tersebut belum termasuk sekitar 5.000 hingga 6.000 calon jihadis yang berhasil kami gagalkan.

Empat tahun setelah pemberontakan rakyat yang berhasil menggulingkan otokrat Zine El Abidine Ben Ali, Tunisia mulai menerapkan demokrasi dengan mengadakan pemilihan umum yang bebas, membentuk konstitusi baru dan membangun kompromi politik antara partai sekuler dan Islamis.

Namun serangan di Museum Bardo mengancam perekonomian negara yang masih sangat bergantung pada sektor wisata. Pihak berwenang kini berupaya memperketat keamanan di hotel dan resor wisata.

"Serangan ini akan berdampak, tidak diragukan lagi. Namun sejauh ini hanya pembatalan wisata yang terjadi. Sebaliknya, dukungan datang dari negara Barat dan berbagai agen perjalanan," kata Menteri Pariwisata Salma Loumi.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER