Pelaku Penyerangan Museum Tunisia Diidentifikasi

CNN Indonesia
Kamis, 19 Mar 2015 18:49 WIB
Salah satu pelaku penyerangan di Museum Bardo, Tunisia, yang bernama Yassine Labidi tak asing lagi bagi aparat keamanan.
Penembakan di Tunis terjadi di saat banyak wisatawan tengah mengunjungi museum. Turis Polandia, Italia, jerman dan Spanyol termasuk di antara korban tewas. (Reuters/Tunisia TV handout via Reuters TV)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya satu dari dua orang yang dibekuk saat melakukan serangan di Museum Bardo, Tunisia, pada Rabu (18/3), tak asing lagi bagi aparat keamanan.

Dilansir CNN, Kamis (19/3), Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid, mengonfirmasi bahwa kedua orang yang ditangkap tersebut adalah Yassine Labidi dan Saber Khachnaoui.

"Labidi dikenal oleh aparat keamanan. Ia telah ditandai dan dimonitor," ujar Essid kepada stasiun radio Perancis, RTL.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesaat setelah serangan terjadi, Essid mengatakan bahwa masih ada tiga buron yang terkait dengan serangan ini. Hingga berita ini diturunkan, belum jelas apa peran ketiga buron tersebut.

"Penyerangan pengecut ini menargetkan perekonomian Tunisia. Kami harus bersatu untuk mempertahankan negara kami," kata Essid.

Serangan yang menewaskan 19 orang termasuk 17 turis asing ini ditengarai dapat menjegal langkah proses pembangunan pasca gerakan Arab Spring.

Pariwisata adalah industri kunci dalam pembangunan ekonomi Tunisia. Jutaan wisatawan bertandang ke negara ini setiap tahunnya.

Penyerangan tersebut terjadi di jantung kota Tunis, di sebuah gedung yang terhubung ke pusat kota dan selalu ramai dengan turis mancanegara. Para pembuat kebijakan tengah mengadakan rapat ketika tiba-tiba mereka mendengar letupan senjata.

"Para turis ketakutan dan mereka berlarian ke segala arah. Kami membuka pintu-pintu dan membiarkan mereka masuk ke dalam," ujar salah satu pejabat, Mehreiza Labidi, kepada CNN.

Dengan adanya serangan ini, sektor pariwisata Tunisia terancam lesu dan pada akhirnya akan berdampak pada proses perkembangan politik.

"Penyerangan di museum ini adalah krisis terbesar yang dihadapi Tunisia semenjak revolusi. Ini akan membawa dampak bagi industri pariwisata Tunisia, memperburuk ekonomi, dan meningkatkan rasa frustrasi yang ditumbuhkan oleh ekstremis," ujar salah satu pengamat sejarah asal Inggris, Cruickshank.

Sebelumnya, Essid memang mengatakan bahwa pelaku serangan adalah kelompok radikal. Namun, ia belum dapat memastikan di kelompok radikal mana para penyerang tersebut bernaung.

"Kami masih menjalani proses investigasi lebih lanjut. Kami belum dapat mengumumkan ia termasuk dalam organisasi apa," katanya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER