PBB: Yaman Bisa Menjadi 'Irak-Libya-Suriah' Selanjutnya

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 23 Mar 2015 09:13 WIB
Dengan Houthi dan pemerintah resmi pimpinan Presiden Hadi mengklaim pemerintahan, Yaman berada di ambang perang saudara.
Situasi Yaman genting sejak al-Houthi melakukan kudeta dan Presiden Hadi mengundurkan diri. (Reuters/Khaled Abdullah)
Jakarta, CNN Indonesia -- PBB memperingatkan bahwa konflik Yaman bisa menjadi skenario “Irak-Libya-Suriah” berikutnya jika masing-masing pihak yang bertikai tak menahan diri.

Kekeran makin menjadi-jadi di negara semenanjung Arab itu sejak tahun lalu ketika milisi pemberontak Syiah al-Houthi merebut ibu kota Sanaa dan menggusur Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi dari kediamannya.

Setelah melarikan diri dari tahanan rumah di istananya, Hadi kini memerintah dari wilayah selatan Yaman, Aden.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mediator PBB Jamal Benomar memberi penjelasan kepada 15 anggota Dewan Keamanan pada Minggu (22/3) dan mengatakan Yaman telah terdorong "menuju perang saudara."

“Adalah sebuah ilusi untuk berpikir bahwa Houthi bisa meningkatkan serangan dan berhasil menguasai seluruh negeri," kata Benomar melalui koneksi video dari Doha. “Sama halnya untuk berpikir bahwa Presiden Hadi bisa merakit kekuatan yang cukup untuk membebaskan negara itu dari Houthi.”

"Setiap pihak yang ingin mendorong negara itu dari kedua arah akan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam skenario gabungan Irak-Libya-Suriah," katanya.

Sebelumnya, pada Minggu, Iran yang menjadi sekutu Houthi mengambil alih pusat kota Taiz dalam eskalasi perebutan kekuasaan yang menurut diplomat bisa menarik negara tetangganya, Iran dan Arab Saudi.

Dewan Keamanan PBB mengecam pengambilalihan banyak Yaman dan lembaga-lembaganya oleh Houthi, mendesak mereka untuk mundur, menyatakan dukungannya terhadap Hadi dan menuntut diakhirinya permusuhan dalam sebuah pernyataan pada Minggu.

Pernyataan itu juga mengancam "untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap pihak-pihak“ dalam konflik di Yaman. Pada November, DK memberlakukan sanksi terhadap mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dan dua pemimpin Houthi.

"Jika ada langkah-langkah yang bisa kita ambil (untuk menghindari perang saudara) maka kita tentu harus mempertimbangkannya,” kata Duta Besar Inggris untuk PBB, Mark Lyall Grant kepada wartawan sebelum pertemuan DK. "Sanksi jelas pilihan utama."

Dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan pada Sabtu (21/3), Hadi meminta bantuan mendesak "dalam segala cara yang tersedia untuk menghentikan agresi ini."

Duta Yaman untuk PBB Khaled Mohamed Hussein Alyemany juga meminta DK “untuk mengekang genderang perang."

Selain al-Houthi, Yaman juga merupakan rumah bagi al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP), salah satu kelompok teroris paling aktif dalam jaringan global, yang telah melakukan serangan di dalam dan luar negeri. Dewan Keamanan menghawatirkan bahwa al-Qaidah bisa menarik keuntungan dari perseteruan pemerintah dan Houthi di Yaman.

WNI Yaman dipulangkan

Dengan situasi Yaman yang makin tak menentu, pihak KBRI sudah menganjurkan WNI untuk meninggalkan negara itu sejak akhir Februari lalu.

Kordinator Evakuasi WNI di Yaman, Gatot Abdullah Mansyour menyatakan bahwa evakuasi dilakukan atas permintaan para WNI di Yaman, yang tidak hanya tinggal di ibu kota Sana'a, namun juga berbagai kota lainnya.

"Sifatnya voluntary saja. Siapa yang meminta pulang dan mendaftar pada program evakuasi KBRI di Sana'a, akan kami pulangkan," kata Gatot ketika dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (28/2). (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER