Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah mengudeta Istana Kepresidenan pada Januari lalu, kelompok pemberontak Syiah Houthi berhasil menduduki bandar udara internasional di Kota Taiz, Yaman, pada Minggu (22/3).
Dilaporkan
CNN, upaya pengambilalihan ini setidaknya menelan satu korban jiwa dan melukai 32 orang lainnya.
Kelompok Houthi juga berhasil merebut gedung keamanan dan intelijen di Taiz. Mereka juga mendirikan posko pemeriksaan di sekitar Taiz.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taiz yang berada di radius 390 kilometer dari ibu kota Sanaa dianggap merupakan pusat kebudayaan Yaman. Dengan merebut kota ini, Houthi semakin mengancam kestabilan negara.
Pergolakan di Yaman ini bermula pada September 2014. Kelompok Syiah Houthi melakukan gempuran besar-besaran terhadap pemerintah Yaman dan akhirnya berhasil mengudeta istana kepresidenan di Sanaa pada Januari 2015.
Bulan lalu, Houthi memaksa Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi mengundurkan diri. Namun, Hadi berhasil kabur dari tahanan rumah dan kembali menegaskan statusnya sebagai presiden. Hadi menarik jajaran stafnya ke kota pelabuhan Aden di sebelah selatan dan mendirikan pemerintahan tandingan dari kekuasaan Houthi.
Dalam upaya mendirikan negara otonom di Yaman, Houthi tidak hanya harus berhadapan dengan pemerintah, tapi juga al-Qaidah.
Di tengah pergolakan tersebut, pada Jumat (20/3), ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri di dua masjid di ibu kota Yaman, Sanaa, yang menewaskan 137 orang. Dalam sebuah pernyataan tertulis yang dirujuk CNN, ISIS menyatakan lima orang pembawa bom dikirim untuk melawan kelompok Syiah Houthi di Yaman.
Sementara itu, ISIS dan al-Qaidah sendiri memiliki paham berseberangan.
"Kelompok dominan di Yaman adalah al-Qaeda. ISIS dan al-Qaeda tak dapat bersatu. Siapapun yang bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri ini, saya pikir, sedang mencoba mengobarkan perang sipil," kata pengamat terorisme asal Inggris, Paul Cruickshank.
Melihat kondisi Yaman,
PBB mengatakan bahwa jika tidak menahan diri, maka Yaman akan menjadi "Irak-Libya-Suriah" berikutnya.
(stu/stu)