Napi ISIS dan JI Terpecah di Nusakambangan

Yohannie Linggasari & Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mar 2015 14:08 WIB
Napi yang telah berbaiat pada ISIS menolak untuk menjadi makmum dalam shalat jika imamnya orang Jemaah Islamiyah.
Napi yang telah berbaiat pada ISIS menolak untuk menjadi makmum dalam shalat jika imamnya orang Jemaah Islamiyah. (Antara Foto/Idhad Zakari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perpecahan terjadi antara narapidana kasus terorisme dari Jemaah Islamiyah dan mereka yang telah berbaiat pada ISIS di Nusakambangan. Perpecahan terlihat jelas saat shalat berjamaah di masjid salah satu lapas.

Menurut mantan anggota Jemaah Islamiyah yang kini bermitra dengan BNPT dalam deradikalisasi teroris, Abdul Rahman Ayub, peristiwa ini terjadi di Lapas Batu Nusakambangan.

Seorang anggota JI yang divonis seumur hidup di Lapas Batu mengaku dimusuhi oleh napi yang telah berbaiat pada ISIS. Bahkan, napi ISIS enggan menjadi makmum dalam shalat jika anggota JI tersebut menjadi imam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anggota JI ini divonis seumur hidup, sudah lama di sana dan jadi imam. Napi yang telah berbaiat pada ISIS tidak mau bermakmum dengan dia. Orang JI ini dikafirkan oleh napi ISIS, dia ngadu pada saya," kata Ayub dalam perbincangan dengan CNN Indonesia, Senin (23/3).

Ayub enggan menyebutkan nama anggota JI yang dimaksud. Kepada Ayub dia mengaku dikafirkan oleh ISIS karena selain tidak berbaiat pada Abu Bakar Al-Baghdadi, dia juga berhubungan dekat dengan para sipir lapas.

"JI padahal sudah keras mengkafirkan orang lain, malah dikafirkan lagi sama orang-orang ISIS. Alasannya karena anggota JI ini suka mengobrol dengan sipir yang mereka anggap thagut (penyembah berhala, red)," kata Ayub.

Beberapa napi terorisme di Nusakambangan diketahui telah berbaiat pada ISIS, salah satunya adalah Abu Bakar Baasyir.

Sebagai upaya melakukan deradikalisasi para tersangka teror di Nusakambangan, BNPT mendatangkan ulama.

Salah satu yang didatangkan adalah Syeikh Ali Hasan Al-Halabi dari Yordania yang telah beberapa kali berdiskusi dengan napi teroris di Nusakambangan. Beberapa napi mengaku tobat dan insyaf atas kekeliruan mereka dalam memahami ajaran Islam.

"Sebagian mereka adalah orang yang miskin, lemah secara ekonomi, lemah secara ilmu dan intelektual. Melalui diskusi dan dialog terbuka, mereka bisa sembuh, bisa kembali pada ajaran Islam yang benar," kata Halabi. (den/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER