Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah kecamuk perang, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman masih beroperasi untuk mengevakuasi warga negara Indonesia di sana. Beroperasi di pusat perang di Sanaa, pemerintah kini tengah menggodok opsi memindahkan operasi ke tempat yang lebih aman.
"Kedubes sampai sekarang masih beroperasi di Sanaa, tapi kalau keadaan tidak memungkinkan, kami akan pindahkan ke Wisma KBRI yang agak jauh dari tempat konflik," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia, Lalu Muhamad Iqbal, dalam jumpa pers terbatas di Jakarta, Selasa (31/3).
Iqbal menuturkan bahwa ada pula skenario memindahkan Duta Besar Indonesia untuk Yaman, Wajid Fauzi, dari Sanaa ke Kota Shalala di perbatasan Oman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia nanti akan mengendalikan KBRI dari sana. Jadi, KBRI kita masih beroperasi, tapi di tempat yang lebih aman," kata Iqbal.
KBRI dianggap sangat krusial dalam proses evakuasi WNI di Yaman. "Dipakai untuk
safe house, penampungan, untuk nantinya dievakuasi lagi ke tempat yang lebih aman," ucap Iqbal.
Merujuk pada data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, sekarang sebanyak 4.159 WNI masih menetap di berbagai kawasan di Yaman.
Jumlah tersebut terbagi menjadi 2.686 mahasiswa, 1.488 pekerja, dan 45 staf KBRI. Sejak pemerintah mengumumkan rencana evakuasi pada Februari lalu, 175 orang mendaftar dan 148 di antaranya sudah tiba di Tanah Air.
Evakuasi lokal terakhir kali dilakukan pada Senin (30/3). Sebanyak 90 orang dilarikan dari KBRI Sanaa ke Al Hudaydah.
"Sampai sekarang sudah ada 230-an orang di Al Hudaydah yang sedang menunggu untuk proses evakuasi selanjutnya, sedang kita atur," papar Iqbal.
Pemerintah sendiri sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait upaya evakuasi lanjutan.
"Di Al Hudaydah itu relatif lebih aman dibanding tempat lain. Di sana airport masih berfungsi, tapi bukan untuk komersial. Kami sudah koordinasi dengan TNI dan kemungkinan akan kirim 1 pesawat Boeing 737 TNI AU untuk evakuasi dari Al Hudaydah," ungkap Iqbal.
Yaman semakin berkobar saat koalisi serangan udara di bawah komando Arab Saudi melancarkan serangan guna memukul mundur pemberontak Syiah Houthi yang mengincar Aden, benteng terakhir pemerintahan Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Saudi memulai serangan para Rabu (25/3) malam dan Hadi telah angkat kaki dari negaranya pada Kamis. Ia kini berada di Riyadh.
(den)