Jakarta, CNN Indonesia -- Melihat kecamuk perang di Yaman yang semakin mengkhawatirkan, pemerintah Indonesia mengambil langkah intensif untuk memulangkan warga negara Indonesia yang berada di negara tersebut. Agar mengefektifkan evakuasi, pemerintah akan mengirim dua tim intensifikasi pada Rabu (1/4).
"Besok kita kirim dua tim intensifikasi akan berangkat. Satu ke Salalah di perbatasan Oman untuk menjaring WNI di bagian timur yang relatif luas dan konsentrasi WNI memang di sana, di daerah Hadratul Maut," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, dalam pertemuan pers terbatas di Jakarta, Selasa (31/3).
Merujuk pada data Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, sebanyak 4.159 WNI masih menetap di berbagai kawasan di Yaman. Jumlah tersebut terbagi menjadi 2.686 mahasiswa, 1.488 pekerja, dan 45 staf KBRI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari keseluruhan jumlah tersebut, mayoritas 2.600 memang berada di Hadratul Maut. Pemerintah akan menempatkan satu tim untuk membantu evakuasi dari Hadratul Maut ke Oman.
Sementara itu, satu tim lain akan dikirim ke Arab Saudi untuk bergerak ke ibu kota Yaman, Sanaa, yang merupakan pusat konflik.
"Kita menyebut ini Tim Utama. Mereka akan masuk melalui Saudi dan berusaha ke Sanaa untuk bantu evakuasi warga yang ada di KBRI," papar Iqbal.
Menurut Iqbal, Tim Utama ini diperkuat oleh personel Kemlu, Polri, dan TNI AU. "Tim ini harus kuat karena berjalan ke tempat yang rawan," tutur Iqbal.
Menurut rencana awal, TNI AU yang dikirim seharusnya mengangkut warga dari bandara Sanaa menuju Indonesia. Namun, kondisi bandar udara yang rusak akibat perang tidak memungkinkan upaya tersebut.
"Tadi saya kontak dengan ICRC, mereka juga enggak bisa masuk karena runway airport rusak," ucap Iqbal.
Untuk itu, pemerintah kini tengah menggodok opsi lain. Salah satunya adalah mengumpulkan WNI di KBRI Sanaa untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman, seperti Al Hudaydah.
"Di Al-Hudaydah itu relatif lebih aman dibanding tempat lain. Di sana airport masih berfungsi, tapi bukan untuk komersial. Kami sudah koordinasi dengan TNI dan kemungkinan akan kirim 1 pesawat Boeing 737 TNI AU untuk evakuasi dari Al Hudaydah," ungkap Iqbal.
Evakuasi lokal terakhir kali dilakukan pada Senin (30/3). Sebanyak 90 orang dilarikan dari KBRI Sanaa ke Al Hudaydah.
"Sampai sekarang sudah ada 230-an orang di Al-Hudaydah yang sedang menunggu untuk proses evakuasi selanjutnya, sedang kita atur," papar Iqbal.
Pemerintah juga terus mendorong WNI lain untuk segera mendaftarkan diri dalam proses evakuasi. Sejak pemerintah mengumumkan rencana evakuasi pada Februari lalu, 175 WNI di Yaman telah mendaftar untuk dievakuasi, sementara 148 di antaranya sudah tiba di Tanah Air.
Yaman semakin berkobar saat koalisi serangan udara di bawah komando Arab Saudi guna memukul mundur pemberontak Syiah Houthi yang mulai menguasai Aden, benteng terakhir Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Saudi memulai serangan para Rabu (25/3) malam dan Hadi telah angkat kaki dari negaranya pada Kamis. Ia kini berada di Riyadh.
(ama)