Duesseldorf, CNN Indonesia -- Maskapai Lufthansa, pemilik pesawat Germanwings naas, ternyata telah mengetahui bahwa kopilot Andreas Lubitz pernah menjalani perawatan akibat depresi yang dideritanya saat masih dalam pelatihan tahun 2009 lalu.
Diberitakan Reuters, Rabu (1/4), Lubitz yang menabrakkan pesawat Airbus A320 ke pegunungan Alpen dan menewaskan 150 orang di dalamnya pernah memberitahukan pada instruktur sekolah pilot Lufthansa pada 2009 bahwa dia "pernah mengalami beberapa kali depresi parah."
Hal ini disampaikan Lubitz melalui email pada pihak sekolah pilot tersebut. Surat elektronik itu ditemukan dalam penyelidikan internal polisi. Bahkan Lubitz menyertakan dokumen soal perawatan depresi yang dijalaninya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lufthansa mengatakan bahwa Lubitz sempat berhenti mengikuti pelatihan untuk sementara waktu. Namun dia lulus dalam pemeriksaan medis saat melanjutkan pelatihan dan dinyatakan siap terbang.
Temuan penyidik ini bertentangan dengan pernyataan Lufthansa yang mengatakan bahwa Lubitz 100 persen siap terbang, dengan menunjukkan riwayat pelatihan dan tes medis.
Penyidik di kota Duesseldorf, Jerman, menemukan fakta bahwa Lubitz memiliki kecenderungan untuk bunuh diri akibat depresi yang dideritanya. mereka juga menemukan robekan surat sakit di tong sampah dalam apartemen Lubitz di kota itu.
Fakta terbaru ini diperkirakan akan semakin mencemarkan nama baik Lufthansa sebagai salah satu maskapai terbesar di Eropa. Pasalnya, hal ini membuktikan kelalaian pihak Lufthansa dalam menyaring calon pilotnya. CEO Lufthansa Carsten Sphor sebelumnya mengaku tidak tahu mengapa kopilot berusia 27 tahun itu sengaja menabrakkan pesawatnya.
Pilot-pilot di Eropa memang menjalani pemeriksaan oleh psikiater saat dimulainya pelatihan. Namun dalam pemeriksaan medis tahunan tidak disertakan tes psikis mendalam.
(den)