Jakarta, CNN Indonesia -- Pembangunan ekonomi akan menjadi salah satu isu besar yang tersaji di meja diskusi Konferensi Asia Afrika. Tak tanggung-tanggung, dua hari khusus, yaitu 21-22 April, akan digelar Asia Africa Business Summit (AABS) yang salah satu agendanya membahas pembentukan Asia Africa Business Council. Salah satu fokus utama pembahasan nanti adalah soal pengembakan UKM di negara-negara Asia dan Afrika.
Business Summit ini merupakan kelanjutan dari yang pertama kali diadakan pada KAA 2005. Menurut Ketua Pelaksana AABS, Noke Kiroyan, sama seperti sebelumnya, AABS kali ini juga akan membahas kerja sama ekonomi dalam bidang infrastruktur, perdagangan, agribisnis, dan kemaritiman.
Dari pembahasan pada 2005, telah disepakati bahwa akan diadakan pertemuan lanjutan dengan jangka dua tahun sekali. Namun, hal itu tidak terwujud. Oleh karena itu, menurut Noke, harus dibicarakan pembentukan Business Council.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk membahas isu bisnis tidak perlu menunggu peringatan satu dasawarsa KAA. Bisnis itu tidak bisa menunggu, harus segera. Maka, nanti akan dibicarakan pembentukan Asia Africa Business Council yang bisa bertemu setahun sekali," ujar Noke dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (2/4).
Bahas usaha kecil dan menengahPembentukan Business Council ini akan digodok oleh 400 peserta AABS pada 21 April. Fokus utama dari badan ini nantinya adalah pengembangan
small and medium enterprise atau usaha kecil dan menengah, UKM.
"Pertama kali, tentu kami akan menyamakan visi mengenai batasan small and medium enterprise dari semua negara karena tiap negara punya standar sendiri," papar Noke yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia.
Badan ini, menurut Noke, akan menelaah hal-hal yang dapat dilakukan untuk kerja sama bisnis kecil hingga menengah agar bisa berkembang di lintas batas.
Namun, Noke juga tidak menutup kemungkinan pembahasan mengenai perdagangan besar. "Perdagangan besar saya rasa tidak perlu bantuan lagi untuk berkembang, tapi di sini kami akan tetap bahas perdagangan untuk fasilitasi meningkatkan perdagangan," ucap Noke.
Lebih jauh, Noke menganggap perdagangan besar bisa menjadi tumpuan untuk meningkatkan volume bisnis di kawasan Asia Afrika.
"Hal ini penting untuk meningkatkan volume bisnis Indonesia dengan negara Afrika yang sekarang hanya US$11 miliar pertahun, angka yang sangat rendah. Ini merupakan peluang karena Afrika bisa menjadi pasar alternatif," kata Noke.
Tiga dokumenKonferensi Asia Afrika sendiri akan dihelat pada 19-24 April. Pertemuan tingkat pejabat tinggi akan selenggarakan di Jakarta pada 22-23 April.
Agenda pertemuan ini di antaranya adalah pembahasan akhir tiga dokumen yang kini sedang digodok di New York, Amerika Serikat, yaitu Bandung Message, "Reinvigorating The New Asian-African Strategic Partnership", dan Deklarasi Palestina.
"Diharapkan pertemuan di New York ini bisa membahas dokumen hingga 90 persen selesai sehingga nanti pada SOM (Senior Official Meeting) pada tanggal 19, ministerial meeting selama satu hari di Jakarta sudah tinggal final tuning," tutur Ben.
Selain itu, masalah keamanan juga akan menjadi salah satu agenda penting mengingat ancaman terorisme yang terus menghantui Asia Afrika.
"Tentu akan ada pula pembahasan keamanan seperti penanggulangan teror, kejahatan lintas batas, dan pemeliharaan perdamaian," ucap Ben.
Setelah rangkaian acara di Jakarta rampung, pada 24 April seluruh perwakilan negara akan bertolak ke Bandung untuk melakukan prosesi napak tilas KAA.
Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada 18-24 April 1955 Gedung Merdeka, Bandung. Pertemuan ini diadakan dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika, serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, dan negara imperialis lainnya.
(den)