Kisah Korban Serangan Kenya yang Bersembunyi di Dalam Lemari

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Minggu, 05 Apr 2015 12:30 WIB
Seorang mahasiswi Garissa University College, Kenya, ditemukan meringkuk ketakutan di dalam sebuah lemari, dua hari setelah serangan maut di kampus tersebut.
Para mahasiswa Garissa University College, Kenya, yang masih lelap tertidur di asrama berlarian maupun bersembunyi ketika militan al-Shabaab menyerang kampus mereka, Kamis (2/4) subuh. (Reuters/Thomas Mukoya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mahasiswi Garissa University College ditemukan tengah mengigil ketakutan di dalam sebuah lemari pakaian pada Sabtu (4/4), atau dua hari setelah serangan al-Shabaab di kampus tersebut Kamis (2/4) lalu.

Diberitakan ABC, sang gadis ditemukan tengah meringkuk dalam gunungan baju yang tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya. Saat ditemukan, sang gadis mengalami dehidrasi dan nampaknya terluka.

ABC tidak menyebutkan nama sang gadis, namun CBC mengungkapkan bahwa sang gadis diidentifikasi sebagai Cynthia Cheroitich, mahasiswi berusia 19 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seorang korban telah ditemukan,dia bersembunyi di lemari. Dia telah dilarikan ke rumah sakit dan sedang menjalani perawatan," kata juru bicara Palang Merah Kenya, Arnolda Shiundu.

Cheroitich berhasil selamat setelah meringkuk selama 50 jam dalam lemari pakaian sejak serangan dimulai pada Kamis (2/4), menewaskan 147 orang.

Pasukan polisi yang masih menyisir lokasi kejadian terkejut ketika mereka mendengar sebuah suara perempuan datang dari dalam lemari.

Aparat kepolisian menyatakan bahwa pada awalnya Cheroitich tidak mau keluar dari persembunyiannya. Dia menyangka aparat polisi merupakan anggota militan al-Shabaab yang tengah menyamar, karena membawa senjata.

"Dia terus meminta jaminan dari aparat keamanan bahwa mereka bukanlah al-Shabaab sebelum dia mau keluar," kata seorang perwira polisi yang enggan dipublikasikan namanya.

Bahkan ketika sejumlah teman sekelasnya mendatanginya, Cheroitich tetap tak mau keluar. Dia akhirnya bersedia keluar dari lemari baju ketika mengenali salah seorang dosen yang mengajar di kelasnya.

"Dia diberi susu dan dilarikan ke rumah sakit Garissa untuk menjalani pemeriksaan, perawatan dan konseling," kata petugas polisi tersebut.

Sejumlah mahasiswa menyatakan kepada media bahwa Cheroitich terlalu takut untuk meninggalkan tempat persembunyiannya dan meminum "body lotion ketika dia merasa lapar".

"Mereka menembak membabi buta, jadi aku terus bersembunyi," kata Cheroitich.

Selain Cheroitich, Shiundu menjelaskan bahwa empat korban lainnya berhasil ditemukan pada Jumat (3/4) dalam keadaan selamat.

"Keluarlah, dan Kalian akan Selamat!"

Ketakutan Cheroitich untuk keluar dari persembunyiannya sepertinya dapat dimaklumi setelah berbagai laporan tentang mengerikannya serangan al-Shaabab di kampus tersebut.

Meluncurkan serangan sebelum subuh pada Kamis (2/4), sekelompok militan al-Shabaab dengan penutup wajah dan bersenjata senapan AK47 dilaporkan menembak ke segala arah dengan membabi buta. Para mahasiswa yang masih lelap tertidur di asrama pun berlarian dan bersembunyi.

"Jika kalian ingin selamat, keluarlah. Kalau kalian ingin mati, teruslah bersembunyi!" teriak salah seorang militan. Kalimat ini diingat betul oleh Elosy Karimi, salah satu korban yang berhasil selamat dari pembantaian tersebut, dikutip dari New York Times.

Karimi, 23 tahun, menyatakan di hari yang masih gelap gulita, keadaan asrama sangat kacau balau. Teman-teman sekelasnya berlarian untuk keluar dari asrama, hanya dengan memakai celana boxer dan maupun baju tidur. Serentetan tembakan terdengar di sekelilingnya, diikuti oleh serangkaian teriakan.

Karimi dapat selamat karena dia mengambil keputusan yang berat untuk tetap bersembunyi di dalam langit-langit di atas tempat tidurnya. Karimi baru keluar dari persembunyiannya setelah 28 jam kemudian.

"Saya tahu mereka berbohong," kata Karimi memberikan keterangan sembari diperiksa di rumah sakit.

Sejumlah korban lainnya yang berhasil selamat karena bersembunyi dari pembantaian al-Shabaab tersebut menyatakan para militan meminta mahasiswa untuk keluar dari kamar tidur asrama mereka dan berbaring di tanah menghadap ke bawah. Mereka kemudian ditembaki.

Dilaporkan Reuters, saat meluncurkan serangan, para penyerang juga memisahkan para penganut Islam dan Kristen. Sejumlah umat Muslim kemudian dibebaskan, namun beberapa umat Kristen dibunuh dan disandera.

Al-Shabaab, kelompok militan afiliasi al-Qaidah yang kerap beroperasi di Somalia ini bersumpah akan terus mengobarkan perang dan memenuhi jalanan Kenya dengan darah. Tindakan ini sehubungan dengan pengiriman pasukan Somalia dan pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika untuk memerangi mereka.

Hingga saat ini, kepolisian Kenya telah menahan lima orang tersangka yang diduga berkaitan dengan serangan yang menewaskan setidaknya 147 orang di kampus Garissa University. Presiden Kenya Uhuru Kenyatta menyatakan perang terhadap al-Shabaab dan mengumukan masa berkabung nasional selama tiga hari. 
(ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER