Pelaku Bom Boston Ingin Menghukum Amerika

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 07 Apr 2015 07:55 WIB
Dzhokhar Tsarnaev dan kakaknya Tamerlan meledakkan bom di ajang Boston Marathon tahun 2013 lalu, menewaskan tiga orang dan melukai 264 lainnya.
Dzhokhar Tsarnaev dan kakaknya Tamerlan meledakkan bom di ajang Boston Marathon tahun 2013 lalu, menewaskan tiga orang dan melukai 264 lainnya. (Sketsa pengadilan/Reuters/Jane Flavell Collins )
Boston, CNN Indonesia -- Pelaku pengeboman di ajang Boston Marathon tahun 2013 lalu disebut ingin "menghukum Amerika" dengan melakukan tindakan tersebut. Tiga orang tewas dan 264 lainnya terluka dalam peristiwa yang disebut sebagai serangan teroris terparah sejak insiden 11 September 2001.

Hal ini disampaikan oleh jaksa penuntut dalam pengadilan terhadap Dzhokhar Tsarnaev pada Senin (6/3), dikutip dari Channel NewsAsia. Jaksa Aloke Chakravarty mencoba membantah pembelaan terhadap Tsarnaev yang disebut hanya mengikuti arahan kakaknya, Tamerlan.

"Dia ingin meneror negara ini. Dia ingin menghukum Amerika atas apa yang dilakukan terhadap kaumnya," kata Chakravarty dalam pernyataan penutupnya di pengadilan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsarnaev berusia 19 tahun saat membantu Tamerlan meletakkan bom yang terbuat dari panci presto di kerumunan penonton Boston Marathon. Tamerlan tewas dalam pengejaran polisi dan Tsarnaev berhasil ditangkap hidup-hidup.

Tsarnaev terancam hukuman mati jika terbukti bersalah. "Saat itu mereka merasa seperti pejuang, mujahidin dan membawa pertempuran ke Boston," tambah Chakravarty.

Jaksa penuntut butuh empat bulan membangun kasus ini dengan menghadirkan 92 saksi, menggambarkan Tsarnaev sebagai teroris dan pembunuh berdarah dingin, penghisap mariyuana, mahasiswa malas yang selalu gagal ujian dan sering membaca materi-materi radikalisme di komputernya.

Tsarnaev dikenakan 30 dakwaan, termasuk pembunuhan polisi, pembajakan mobil dan penembakan. Sebanyak 17 dari dakwaan itu memuat hukuman mati. Tsarnaev mengaku tidak bersalah atas semua dakwaan.

Senin pekan depan, jaksa pembela akan menyampaikan pernyataannya. Pembela mencoba menggambarkan Tamerlan sebagai arsitek penyerangan dan Tsarnaev tidak berdaya menolaknya.

Jika terbukti bersalah, pengadilan akan dilanjut ke tahap kedua saat juri memutuskan apakah pria keturunan Chechen itu akan divonis mati atau dipenjara seumur hidup tanpa jaminan. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER