Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah kecamuk perang antara kelompok pemberontak Syiah Houthi dan koalisi serangan udara Arab Saudi untuk membantu pemerintah Yaman, Al Qaidah turut ambil bagian. Sayap Al Qaidah di Semenanjung Arab, AQAP, menawarkan 20 kilogram emas bagi siapapun yang berhasil menangkap dua musuh mereka dari kelompok Syiah tersebut.
Seperti dilansir
CNN, dalam siaran pers dan poster yang disebarluaskan daring oleh AQAP, mereka menawarkan imbalan emas seharga US$774 ribu atau setara Rp10 miliar tersebut atas penangkapan pemimpin Houthi, Bedrudin Al-Houthi, dan mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, baik dalam keadaan hidup atau mati. AQAP menyebut Al-Houthi dan Saleh sebagai "dua kepala iblis."
AQAP adalah salah satu dari banyak faksi yang berseteru memperebutkan kontrol atas Yaman. Dengan akar Islam Sunni, AQAP adalah musuh bebuyutan faksi Houthi yang berpaham Syiah dan dipercaya didukung oleh Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang di Yaman mulai berkobar ketika Houthi, yang sejak lama merasa termarjinalkan di tengah negara Sunni, akhirnya berhasil merebut Istana Kepresidenan pada Januari lalu dan memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi mundur dari jabatannya.
Dalam perlawanannya, Houthi didukung oleh pasukan loyalis Saleh. Mereka tidak hanya bertarung dengan AQAP, tapi juga beberapa faksi lain, termasuk pasukan loyalis Hadi.
Untuk mempertahankan negaranya, pemerintah Yaman dibantu oleh Arab Saudi yang menginisiasi koalisi serangan udara menggempur Houthi.
Setidaknya 540 orang, termasuk 311 warga sipil, tewas akibat perang ini. Seorang ahli pengungsian Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa negara sekitar harus bersiap menampung warga Yaman yang mencari perlindungan.
"Komunitas internasional harus bersiap untuk skenario terburuk. Sementara upaya untuk mencapai solusi diplomatik terus dijalankan, gambaran di lapangan sangat suram dan respons kemanusiaan harus dijajaki dalam keadaan darurat," katanya.
Sementara itu, sekitar seribu orang telah meninggalkan rumahnya setelah perang memanas selama dua pekan belakangan.
(stu/stu)