Dikecam Dunia, Tiongkok Bebaskan Lima Aktivis Wanita

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 14 Apr 2015 11:55 WIB
Lima aktivis Tiongkok yang ditahan karena berencana melakukan demonstrasi pada Hari Perempuan Internasional lalu akhirnya dibebaskan.
Salah satu aktivis wanita Tiongkok yang ditahan, Zheng Churan, 25 tahun, pernah meluncurkan demo, mendesak pemerintah memperluas lahan pekerjaan untuk perempuan. (Reuters/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah menuai kecaman publik internasional, Tiongkok akhirnya membebaskan lima aktivis wanita dengan jaminan pada Senin (13/4). Para aktivis wanita ini sebelumnya ditahan karena berencana meluncurkan demo besar pada Hari Perempuan Internasional, awal Maret lalu.

Kelima aktivis adalah Wei Tingting, 26 tahun; Wang Man, 32 tahun; Zheng Churan, 25 tahun; Li Tingting, 25; dan Wu Rongrong, 30. Kelimanya ditangkap atas tuduhan melakukan aktivitas yang "memancing perseteruan dan memprovokasi pertengkaran".

Padahal saat itu, kelimanya hanya berencana meluncurkan demo menentang pelecehan seksual di angkutan umum di Beijing dan kota selatan Guangzhou.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Liang Xiaojun dan Wang Qiushi, dua pengacara para aktivis yang terlibat dalam kasus ini, menyatakan kelima aktivis itu telah dibebaskan dengan jaminan. (Baca juga: Berencana Luncurkan Demo, Lima Feminis Tiongkok Ditahan)

"Saya tidak terkejut sama sekali karena mereka tidak pernah melakukan kejahatan apapun. Polisi telah menahan orang tanpa bukti kesalahan, sehingga polisi harus membebaskan mereka," kata Liang kepada Reuters, Senin (13/4).

Liang memaparkan bahwa hingga saat ini kelima aktivis tersebut tetap berstatus tersangka. "Kebebasan mereka tetap akan dibatasi, sehingga (pembebasan ini) bukan sesuatu yang membuat kami senang," kata Liang.

Seorang aktivis hak-hak perempuan veteran, Feng Yuang mengungkapkan bahwa salah satu aktivis yang telah dibebasakan, Wang Man memberitahunya bahwa dia tengah kembali ke rumah orang tuanya yang terletak di utara kota Tianjin.

"Dia mengatakan kondisi mentalnya cukup baik dan dia mengucapkan terima kasih semua orang dan pengacaranya atas perhatian mereka," kata Feng.

Liang meyakini banwa kecaman publik internasional memegang andil dalam pembebasan kelima aktivis yang ditahan ketika tengah membuat banner dan stiker yang bertuliskan slogan seperti "hentikan pelecehan seksual," dan menyerukan polisi untuk menangkap para tersangka pelecehan pada awal Maret lalu.

Kelimanya juga ikut berpartisipasi dalam demonstrasi pada 2012 silam yang mendesak pemerintah untuk memperbanyak toilet umum untuk perempuan. Sejak 2013 hingga 2014, kelima aktivis ini juga turut dalam kampanye melawan kekerasan dalam rumah tangga.

Penahanan para aktivis ini sontak memicu kecaman publik, baik di dalam maupun luar negeri. Sejumlah aktivis HAM Tiongkok menggalang petisi dan mengumpulkan puluhan tandatangan mahasiswa dan pekerja untuk membebaskan para aktivis mereka. Mereka juga meneriakan slogan pembebasan.

Wei Tingting, 26 tahun dan  Li Tingting, 25 tahun, merupakan dua dari lima aktivis wanita yang ditahan pemerintah Tiongkok karena meluncurkan demo menentang pelecehan seksula di angkutan umum. (Reuters/Handout)
Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry juga menyerukan pembebasan mereka, mendorong Kementerian Luar Negeri Tiongkok untuk mengajukan protes resmi kepada Washington. (Baca juga: AS Dorong Tiongkok Bebaskan Lima Aktivis Perempuan)

Tidak hanya itu, Uni Eropa dan Hillary Clinton juga menyatakan keprihatinan mereka atas kasus ini. (Baca juga: Tweet Hillary Clinton Bikin Berang Tiongkok)

Sementara Kemenlu Tiongkok telah berulang kali mengecam langkah sejumlah pejabat AS yang mengkritik kasus ini, dengan menyatakan bahwa warga asing tidak seharusnya ikut campur tangan dalam urusan internal Tiongkok, dan menambahkan kasus ini akan ditangani sesuai dengan hukum.

Kepolisian Tiongkok hingga saat ini belum memberikan komentar terkait pembebasan para aktivis.

Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Tiongkok telah menahan ratusan aktivis dalam dua tahun terakhir, sebagian besar karena berbeda pendapat dengan pemerintah. (ama/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER