PM Israel Bandingkan Iran dengan Nazi

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 17 Apr 2015 13:25 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membandingkan Iran dengan Nazi dalam pidatonya pada Hari Peringatan Holocoust, Kamis (16/4).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga sempat melontarkan pernyataan kontroversial dengan menyebutkan bahwa Iran lebih berbahaya ketimpang kelompok militan ISIS. (Reuters/Dan Balilty)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membandingkan Iran dengan Nazi dalam pidatonya pada Hari Peringatan Holocoust, Kamis (16/4). Dalam pidatonya, Netanyahu mengaitkan peristiwa genosida terhadap 6 juta orang Yahudi dalam Perang Dunia II yang dilakukan oleh Nazi, dengan program nuklir Iran yang kontroversial.

"Seperti Nazi yang berusaha menginjak-injak peradaban dan menggantinya dengan 'sebuah ras yang berkuasa' dengan menghancurkan orang-orang Yahudi, begitu pula Iran yang bertujuan menghancurkan negara Yahudi," kata Netanyahu, dikutip dari media Inggris, The Independent, Kamis (16/4).

Pernyataan tersebut dilontarkan Netanyahu setelah Iran bersama dengan enam negara besar dunia menyepakati kerangka perjanjian nuklir pada awal April lalu. Perjanjian final rencananya akan disepakati pada 30 Juni mendatang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Israel juga mengecam tindakan Barat yang berjanji akan mencabut sanksi terhadap Iran, sebagai imbalan atas pembatasan aktivitas nuklir Iran. Netanyahu menganggap kesepakatan tersebut merupakan ancaman terhadap keamanan bangsanya. (Baca juga: Kongres AS Ikut Andil dalam Kesepakatan Nuklir, Israel Senang)

"Alih-alih menuntut Iran secara signifikan untuk membongkar kemampuan nuklirnya dan mempertimbangkan pencabutan sanksi, enam kekuatan dunia itu malah mengalami kemunduran dan meninggalkan Iran dengan kemampuan nuklirnya yang dapat memperluas pengaruh mereka di Timur Tengah dan seluruh dunia," kata Netanyahu.

Mengenang Pembantaian Umat Yahudi

Hari Peringatan Holocoust merupakan sebuah peringatan penting yang dirayakan setiap tahun di Israel. Rakyat Israel diminta untuk mengheningkan cipta secara serempak selama dua menit untuk mengenang peristiwa pembantaian terhadap umat Yahudi di Eropa tersebut.

Pada hari itu, seluruh restoran, kafe dan tempat hiburan di Israel ditutup, sementara seluruh radio dan program TV berlomba-lomba menayangkan program terkait dengan Holocoust secara eksklusif, dan mengorek kehidupan korban yang selamat dari tragedi tersebut.

Tahun ini, Netanyahu berpidato di sebuah acara yang diselenggarakan di Yad Vashem. Acara peringatan tersebut juga dihadiri oleh enam korban yang selamat yang masing-masing menyalakan obor demi mengenang enam juta orang Yahudi tewas dalam pembantaian tersebut.

Salah satu korban yang selamat adalah Shela Altaraz, anak bungsu dari empat bersaudara yang berasal dari Makedonia. Seluruh keluarga Altaraz tewas dalam peristiwa Holocaust.

Selama perang berkecamuk, Altaraz mengungkapkan bahwa dia berlindung di sebuah desa Muslim sebelum menderita tifus dan dilarikan ke rumah sakit.

Altaraz kemudian dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi dan menjadi satu-satunya anak di dalam kamp tersebut. Altaraz mendapat julukan "Si Pendiam", karena jarang berbicara dan hanya membuka mulutnya ketika bangun dari mimpi buruk dengan berteriak kencang.

"Saya marah pada dunia karena saya tidak dapat memahami dan menyangkal apa yang terjadi dan saya marah pada diri saya sendiri untuk tetap hidup ketika begitu banyak orang lain tewas," kata Altaraz.

"Saya masih hidup saat ini, seolah bersama dengan mereka yang tewas. Tapi saya bangga saya tinggal di sebuah negara, di mana mereka tidak bisa lagi mengejar kami," katanya.

Sebelum membandingkan Iran dengan Nazi, Netanyahu juga sempat melontarkan pernyataan kontroversial dengan menyebutkan bahwa Iran lebih berbahaya ketimpang kelompok militan ISIS yang meneror dunia dan berusaha mendirikan negara Islam di Irak dan Suriah. (Baca juga: Israel: Iran Lebih Berbahaya dari ISIS) (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER