Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menelepon Raja Salman untuk mendiskusikan kecamuk perang di Yaman yang kian meluas sejak Arab Saudi menginisiasi koalisi serangan udara penggempur kelompok pemberontak Houthi.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (17/4), dalam pembicaraan tersebut disepakati bahwa solusi politik merupakan elemen penting untuk menjaga stabilitas negara Yaman. Dalam keterangan resmi Gedung Putih, Obama juga menyampaikan komitmen AS untuk menjamin keamanan Arab Saudi selama konflik berkecamuk di Yaman.
"Perbincangan juga menyentuh situasi arena regional dan internasional," demikian bunyi keterangan resmi Gedung Putih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konflik di Yaman memang sudah meluas menjadi masalah internasional. Sejak Presiden Ali Abdullah Saleh digulingkan, para pendukung setianya membelot dan mendukung kelompok pemberontak Houthi untuk menyerang pemerintah sah di bawah pimpinan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Kelompok Houthi sendiri disinyalir didukung sekutunya sesama pemeluk paham Islam Syiah, Iran.
Keadaan di Yaman memanas sejak September lalu Houthi berhasil mengambil alih pemerintahan dan akhirnya mengudeta Istana Kepresidenan di ibu kota Yaman, Sanaa, pada Januari.
Presiden Hadi dipaksa mundur dari jabatannya dan dijadikan tahanan rumah. Namun Hadi berhasil melarikan diri dan mendeklarasikan bahwa pemerintahannya masih berjalan. Ia kabur ke Aden.
Houthi berhasil meringsek masuk dan menguasai Aden yang berbatasan dengan Arab Saudi. Di tengah kisruh tersebut, Arab Saudi menginisiasi koalisi serangan udara menggempur Houthi untuk membela pemerintahan resmi. Amerika Serikat pun mendukung koalisi tersebut dengan pasokan senjata.
Untuk mencegah penyebaran konflik lebih luas, Dewan Keamanan PBB akhirnya menetapkan embargo senjata terhadap Houthi pada Selasa (14/4).
(agk)