Nepal Pesimistis Korban di Dalam Reruntuhan Bertahan Hidup

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Mei 2015 18:45 WIB
Sepekan setelah bencana gempa, Nepal mulai mengesampingkan harapan untuk menemukan korban yang dapat bertahan hidup di dalam reruntuhan bangunan.
Korban tewas akibat gempa Nepal saat ini mencapai 6.621, sementara korban luka mencapai 14.023 orang. (Reuters/Wolfgang Rattay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sepekan setelah bencana gempa berkekuatan 7.9 SR melanda, pihak berwenang Nepal mulai mengesampingkan harapan untuk menemukan korban yang dapat bertahan hidup di dalam reruntuhan bangunan.

Dilaporkan Channel NewsAsia, hingga Sabtu (2/5), korban tewas akibat gempa telah mendekati 6.700 jiwa, setelah tim evakuasi menemukan lebih banyak korban terkubur di timbunan puing rumah dan longsoran tanah.

Tim penyelamat kini difokuskan untuk mencapai para korban yang telah berhasil diselamatkan dari reruntuhan, namun belum juga menerima bantuan karena berada di daerah terpencil dan sulit dijangkau.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah satu minggu sejak bencana. Kami mencoba melakukan yang terbaik dalam upaya penyelamatan dan bantuan, namun sekarang tipis kemungkinan ada korban selamat di bawah reruntuhan," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Laxmi Prasad Dhakal, Sabtu (2/5).

Dhakal mengungkapkan korban tewas saat ini mencapai 6.621, sementara korban luka mencapai 14.023 orang. Selain itu, korban tewas di negara tetangga, India dan Tiongkok mencapai 100 orang.

Selain itu, sekitar 1.000 warga Uni Eropa juga belum ditemukan, sepekan setelah gempa paling mematikan selama 80 tahun terakhir di Nepal ini terjadi.

Hingga Sabtu (2/5), sebanyak 31 WNI yang menetap di Nepal sudah berhasil diidentifikasi. Sebanyak 29 diantaranya dapat dihubungi dan dalam keadaan baik. Namun, 2 WNI lainnya belum dapat dihubungi.

Sementara, jumlah WNI yang mengunjungi Nepal ketika gempa terjadi mencapai 66 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 31 WNI yang menetap di Nepal dapat dihubungi dan dalam keadaan baik. Namun, 8 WNI lainnya belum bisa dihubungi. Sebanyak 27 WNI telah berada di luar Nepal.

Sejumlah tim penyelamat yang berasal dari lebih 20 negara menggunakan anjing pelacak dan peralatan pendeteksi suhu panas manusia dikerahkan di sekitar timbunan puing untuk mencari korban yang masih selamat dalam reruntuhan.

Namun, sejak Kamis (30/4), belum ada lagi korban yang berhasil diselamatkan.

Daerah Himalaya yang luas dan longsor di beberapa daerah menyulitkan pencarian ke wilayah terpencil di salah satu negara termiskin di Asia itu.

Sekretaris Divisi Gabungan Manajemen Bencana Nasional Nepal, Rameshwor Dangal, menyatakan banyak warga yang masih menunggu menerima pasokan bantuan, atau untuk diselamatkan ke tempat aman.

"Kami memperkirakan bahwa mungkin masih ada sekitar 1.000 orang di daerah Sindhupalchowk dan Rasuwa yang perlu diselamatkan. Ini termasuk korban luka dan orang-orang terdampar, termasuk warga asing," kata Dangal.

Lembaga bantuan anak-anak PBB, UNICEF memperingatkan bahwa sebanyak 1,7 juta anak-anak korban gempa rentan terhadap bahaya wabah penyakit menjelang musim hujan yang diperkirakan akan dimulai beberapa pekan mendatang.

Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai 10 ribu jiwa, seiring dengan laporan soal jumlah korban dan kerusakan di daerah terpencil terus meningkat.

Diperkirakan, total korban jiwa dalam bencana ini dapat melebihi total korban gempa tahun 1934 yang menewaskan 8.500 jiwa di Nepal. Bencana itu disebut-sebut bencana terparah yang memukul negara Himalaya yang terletak antara India dan Tiongkok, dan berpenduduk 28 juta jiwa ini. (ama/ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER