Bea Cukai Nepal Halangi Pengiriman Bantuan Gempa

Reuters | CNN Indonesia
Sabtu, 02 Mei 2015 23:54 WIB
Pemerintah Nepal diimbau tidak melakukan pemeriksaan bea cukai terhadap bantuan internasional untuk korban gempa karena perlambat proses pengirimannya.
Bantuan internasional tertahan bea cukai di bandara, sementara warga di tempat terpencil membutuhkan pasok makanan. (Reuters/Athit Perawongmetha)
Kathmandu, CNN Indonesia -- Pemeriksaan bea cukai di bandara Kathmandu memperlambat pasok bahan bantuan penting bagi korban gempa bumi Nepal sementara jumlah korban tewas melewati angkat 6.000.

Perwakilan PBB Jamie McGoldrick mengatakan pemerintah Nepal harus melonggarkan pembatasan bea cukai yang biasanya berlaku dalam menangani aliran bantuan materi dari negara lain yang kini menumpuk di bandara.

“Mereka seharusnya tidak menerapkan metode pemeriksaan bea cukai yang berlaku di masa tenang,” kata McGoldrick.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan seharusnya seluruh kiriman bantuan tidak perlu diperiksa ketika tiba di Nepal.

Tetapi pemerintah Nepal yang sebelumnya mengeluh telah menerima bahan bantuan yang tidak diperlukan seperti tuna dan mayones, berkeras bahwa seluruh pegawai bea cuka harus memeriksa seluruh kiriman bantuan darurat itu.

Pada Jumat (1/5) Nepal mencabut pajak impor untuk terpal dan tenda, tetapi juru bicara kementerian dalam negeri, Laxmi Prasad Dhakal, mengatakan seluruh barang yang datang dari luar negeri harus diperiksa. “Ini harus kami lakukan,” katanya.

Menteri Keuangan Ram Sharan Mahat meminta negara-negara donor untuk mengirim tenda, terpal dan pasok makanan pokok, dan mengatakan sejumlah barang yang telah dikirim tidak bisa dimanfaatkan.

“Kami menerima barang seperti ikan tuna dan mayones. Barang-barang itu tidak berguna bagi kami. Kami memerlukan biji-bijian, garam dan gula,” katanya kepada wartawan pada Jumat.

Truk dan Pengemudi

Sementara itu, kapal militer dan personel AS yang dikerahkan untuk membantu mengirim pasokan bantuan ke wilayah-wilayah di luar ibukota yang sedianya tiba Sabtu, ditunda sehari sehingga baru akan tiba pada Minggu (3/5).

Brigadir Jenderal Marinir Paul Kennedy mengatakan kontingen AS ini terdiri dari 100 tentara, peralatan untuk mengangkat barang dan enam pesawat militer, dua diantaranya helikopter.

Dia juga memperingatkan kemacetan yang terjadi bandara Kathmandu: “Anda tidak menginginkan barang bertumpuk” yang memakan tempat bagi kapal terbang atau pasok lain.

Pemerintah Nepal mengatakan upaya untuk mempercepat pengiriman bantuan ke wilayah terpencil terhalang dengan kekurangan truk dan pengemudinya, karena kebanyakan pulang ke desa mereka untuk menolong keluarga masing-masing.

“Gudang-gudang kami penuh dan kami memiliki banyak pasok makanan, tetapi kami tidak bisa mengirim bantuan ini dengan lebih cepat,” ujar Shrimani Raj Khanal, manajer di Nepal Food Corp.

Dia mengatakan helikopter militer menjatuhkan mie instan dan kue ke tempat-tempat terpencil, tetapi warga memerlukan beras dan bumbu untuk bisa membuat masakan yang sehat.

Pemerintah Nepal mengatakan jumlah korban yang tewas akibat gempat berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang melanda Sabtu (25/4) kini mencapai 6.655 dan lebih dari 14 ribu orang luka-luka.
Upaya menemukan jenazah dibawah reruntuhan gedung terus dilakukan sementara korban tewas mencapai 6.000 lebih. (Reuters/Olivia Harris)
Di Kathmandu, tim yang dilengkapi dengan anjing pelacak bergerak lambat diantara gedung-gedung yang runtuh untuk mencari tubuh manusia yang masih terkubur. Di tempat lain, para sukarelawan mengumpulkan bata dari puing-puing rumah untuk memulai proses pembangunan kembali yang berjalan lambat.

Hujan dan Penyakit

Banyak warga Nepal tidur di udara terbuka sejak gempa melanda, karena mereka takut dengan gempa susulan jika kembali ke rumah masing-masing. Stadion-stadion besar dan lapangan golf di Kathmandu digunakan sebagai tempat untuk mendirikan tenda bagi warga.

Menurut PBB, 600 ribu rumah hancur atau rusak akibat gempa tersebut.

Badan ini juga mengatakan bahwa delapan dari 28 penduduk Nepal menjadi korban, dan setidaknya dua juta orang memerlukan tenda, air bersih, makanan dan obat-obatan selama tiga bulan mendatang.

Prioritas utama saat ini adalah memberi bantuan dan tempat tinggal bagi warga sebelum musim hujan tiba dalam beberapa minggu ini.

“Kekhawatiran utama kami adalah jika musim hujan datang lebih cepat,” ujar Ertharin Cousin, direktur eksekutif Program Pangan Dunia.

Penyakit juga menjadi kekhawatiran lain. “Rumah sakit kewalahan, air bersih sulit didapat, masih ada jenazah yang terkubur dibawah puing-puing dan warga masih tidur di udara terbuka,” ujar Rownak Khan, wakil kepala UNICEP di Nepal, dalam pernyataan tertulis.

“Ini merupakan keadaan yang sempurna untuk penyakit.” (yns)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER