Manila, CNN Indonesia -- Para pejabat Filipina mengatakan seorang militan Islamis Filipina yang paling dicari tewas dalam pertempuran antara polisi dan pemberontak Muslim.
“(Abdul) Basit Usman tewas dalam tembak menembak di Guindulungan, Maguindanao sekitar tengah hari,” ujar Hermonio “Sonny” Coloma, sekretaris komunikasi kepresidenan, dalam pernyataan tertulis.
“Usman merupakan sasaran kedua dalam operasi yang dilakukan oleh PNP-SAF untuk menangkap Zulkifli bin Hir, alias Marwan, 25 Januari lalu,” ujarnya merujuk pada serangan komando ke markas pemberontak Muslim di kota Mamasapano.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Coloma mengatakan tidak ada keterangan lebih terinci terkait pertempuran itu, namun para pejabat militer dan polisi mengatakan Usman dan lima orang lainnya tewas di dekat sebuah danau di desa Muti.
Kedua militan ini dituduh bertanggung jawab atas serangkaian serangan bom di Filipina Selatan. Keduanya memiliki hubungan dengan Jemaah Islamiah, satu jaringan militan regional yang memiliki hubungan dengan al-Qaidah, dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyediakan hadiah US$8 juta bagi penangkapan keduanya.
Operasi polisi untuk menangkap tiga sasaran Islamis yang paling dicari itu menjadi krisis politik terbesar dalam lima tahun bagi Presiden Benigno Aquino, dan berpotensi merusak upaya perdamaian pemerintahnya dengan Front Pembebasan Islam Moro.
Satu undang-undang untuk membentuk pemerintah otonomi baru bagi kaum minoritas Muslim di wilayah Selatan negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik yang diajukan ke parlemen, ditunda pembahasannya karena sejumlah anggota perlemen, kelompok madani dan pegiat meminta Aquino mundur.
Pada 24 Maret 2014, Front Pembebasan Moro menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah yang mengakhiri konflik selama sekitar 45 tahun dan telah menewaskan 120 ribu orang, serta membuat dua juta warga harus mengungsi.
Tetapi para pemberontak menolak meletakkan senjata hingga kesepakatan damai akhir dicapai.
 Polisi yang tewas tiba di Manila, insiden ini menjadi krisis politik terbesar bagi persiden Aquino. (Reuters/Romeo Ranoco) |
Kesepakatan perdamaian itu dipertanyakan setelah sejumlah pemberontak Front Pembebasan dituduh bertanggung jawab atas kematian 44 orang angggota komando polisi yang dikerahkan untuk menangkap Marwan dan Usman pada Januari lalu. Marwan tewas dalam operasi itu, sementara Usman berhasil melarikan diri.
Pemerintah Filipina mengatakan akan membawa sekitar 90 pemberontak Muslim ke depan pengadilan karena terlibat dalam pembunuhan 44 polisi itu. Sementara itu, 17 pemberontak dan empat warga sipil tewas dalam pertempuran berdarah bulan Januari tersebut.
(yns)