Peshawar, CNN Indonesia -- Perwakilan Taliban bertemu dengan tokoh politik Afghanistan di Qatar untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata tetapi akhirnya gagal mencapai kesepakatan akibat kehadiran tentara AS di negara itu.
Pertemuan tertutup yang dimulai Sabtu (2/5) dan diselenggarakan oleh kementerian luar negeri Qatar ini, memperlihatkan pertanda dari upaya mengakhiri perang selama 13 tahun di Afghanistan.
Namun, perundingan informal diadakan sementara terjadi peningkatkan pertempuran setelah sebagian besar tentara AS dan sekutu ditarik. Taliban baru-baru ini melancarkan serangan di Afghanistan utara dan menempatkan tentara mereka di luar kota Kunduz, ibukota provinsi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta keluar dari tempat pertemuan hari kedua ini dengan senyum lebar, namun menolak berbicara kepada media yang menunggu mereka.
Pemerintah Afghanistan tidak mengeluarkan pernyataan resmi terkait pertemuan itu, namun seorang anggota Dewan Tinggi Perdamaian membenarkan kehadiran satu delegasi pemerintah dalam pertemuan itu.
Seorang peserta dari kubu Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa kelompoknya mengirim delapan orang dalam delegasi yang dipimpin oleh Sher Mohammad Abbas Stanekzai, dan telah melakukan dialog langsung dengan pejabat Afghanistan.
“Setelah dialog dimulai, anggota kami mengajukan tuntutan dan persyaratan secara tertulis dan…membagikannya ke seluruh peserta pertemuan,” ujar anggota Taliban yang tidak mau disebutkan namanya itu.
“Kemudian perundingan berjalan dengan terbuka, dan delegasi Afghanistan dan Qayyum Kochai, paman Presiden Ashraf Ghani, menuntut kami berhenti berperang dan mengumumkan gencatan senjata. Mereka menyebut kami saudara dan mendorong kami datang ke Afghanistan dan mentaati UUD Afghanistan,” katanya.
Dia menambahkan bahwa kelompok Taliban menegaskan tidak akan berhenti berperang hingga seluruh pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Peserta dari kubu Taliban ini kemudian mengatakan, delegasi pemerintah menyatakan bahwa sebagian besar tentara asing telah pergi dan hanya pelatih yang tersisa, dan mereka pun akan pergi jika Taliban berhenti berperang.
Perundingan ini berakhir tanpa kesepakatan kecuali janji untuk mengadakan pertemuan lanjutan di Uni Emirat Arab “kemungkinan bulan depan.”
Puluhan ribu warga Afghanistan tewas sejak pasukan AS dan sekutunya menyingkirkan rejim Islam garis keras Taliban dari kekuasaan pada 2001.
Beberapa upaya untuk menciptakan perdamaian yang sebelumnya diadakan gagal mencapai kesepakatan.
Sumber-sumber Taliban dan Afghanistan mengatakan perundingan di Qatar ini juga dihadiri oleh wakil sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok dan Pakistan.
Pakistan tidak mau berkomentar terkait kehadirannya, tetapi memuji pertemuan itu.
“Pakistan mendukung penuh perundingan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Qatar,” ujar Aizaz Ahmad Chaudhry, menteri luar negeri Pakistan.
“Perdamaian di Afghanistan adalah satu hal yang harus dicapai agar tercipta perdamaian di wilayah.”
(yns)