-- Elton Simpson dan Nadir Soofi adalah dua pelaku penembakan di luar gedung pameran bertajuk “Muhammad Art Exhibit and Cartoon Contest” di Garland, Texas, Amerika Serikat, pada Minggu (3/5).
Insiden penembakan terjadi pada Minggu (3/4), sekitar pukul 07.00 malam waktu setempat di tempat parkir Curtis Culwell Center, arena
di Garland, sebelah timur laut dari Dallas, di luar tempat pameran tersebut digelar.
Para pelaku melepaskan tembakan yang melukai seorang petugas keamanan pameran. Baku tembak pun tak terhindarkan, namun petugas berhasil menembak mati kedua pelaku di tempat.
Dilaporkan ABC News, Simpson berasal dari Arizona. Pria 30 tahun ini, merupakan target penyelidikan FBI terkait terorisme. Pelaku kedua adalah Nadir Hamid Soofi yang dikenal sebagai teman sekamar Simpson.
Juru bicara kepolisian Garland, Joe Harn, menyatakan bahwa Simpson dan Soofi bersenjata senapan serbu dan mengenakan alat pelindung anti-peluru serta membawa amunisi tambahan di mobil yang mereka kendarai. Proses penggeledahan pada mobil tersebut tidak menemukan alat peledak.
Berikut lima fakta singkat mengenai Elton Simpson yang dirangkum dari Heavy.com.
Elton Simpson, atau yang dikenal juga dengan nama Mutawakil diduga sempat mencuitkan keinginannya untuk menjadi seorang mujahidin di akun Twitter miliknya sebelum insiden penembakan terjadi. Cuitan tersebut diunggah dalam akun Twitter @atawaakul dan nama Shariah is Light.
(
Baca juga: Penembak di Pameran Nabi Berkicau Ingin Jadi Mujahidin)
Cuitan terakhir akun tersebut berbunyi: "Saya dan saudara saya telah melakukan baiat kepada Amirul Mu'mineen. Semoga Allah menerima kami sebagai mujahidin, kami berdoa. #texasattack"
Baiat berarti janji setia. Sementara "Amirul Mu'mineen" berarti adalah seorang pemimpin orang beriman.
Tagar #texasattack yang terdapat pada akhir cuitan pun semakin menguatkan asumsi bahwa pemilik akun tersebut berada di balik serangan pada pameran “Muhammad Art Exhibit and Cartoon Contest” di Texas, Minggu (3/5).
Saat ini, laman akun @atawaakul telah dibekukan oleh Twitter semenjak insiden tersebut. Sebelum melancarkan aksinya, Simpson juga menyerukan kepada followersnya agar mengikuti kicauan @AbuHu55ain, yang juga mencuitkan serangan tersebut sebelum terjadi.
Menurut kelompok pengamat terorisme SITE Intelligence Group, akun tersebut dimiliki oleh anggota ISIS asal Inggris Junaid Hussain atau yang lebih dikenal sebagai Abu Hussain al-Britani. Akun itu kini telah dibekukan oleh Twitter.
Sementara, pameran bertajuk “Muhammad Art Exhibit and Cartoon Contest” di Garland, Texas, pada Minggu (3/5) telah menjadi incaran serangan sejumlah simpatisan ISIS. Hal tersebut terlihat dari beberapa cuitan sosial media.
Salah satu terduga simpatisan ISIS dengan nama Mujahid Miski mencuit, "Saudara-saudara kami dari serangan Charlie Hebdo telah melakukan tugas mereka. Kini saatnya sudara kami yang berada di AS melakukan tugas mereka".
Mujahid Miski merupakan nama samaran dari jihadis asal AS, Mohamed Abdullahi Hassan, yang ingin bergabung dengan kelompok militan al-Shabaab di Somalia.
Setelah serangan di Garland, Miski berkicau tentang Elton Simpson alias Mutawakil.
"Saya akan merindukan Mutawakil. Dia pria yang bijaksana. Saya akan merindukan salamnya setiap pagi di Twitter. #Garland #garlandshooting"
Saat ini, akun Twitter Mujahid Miski telah dibekukan Twitter.
FBI mulai menyelidiki Simpson pada tahun 2009, ketika mereka mulai merekam percakapan antara Simpson dengan seorang informan. Simpson kemudian ditangkap pada 2010.
Menurut catatan pengadilan, Simpson menerima hukuman selama tiga tahun masa percobaan pada 2011, setelah dinyatakan bersalah membuat pernyataan palsu ke FBI.
Simpson mengaku kepada FBI bahwa dia tidak pernah membicarakan soal rencananya berjihad di Somalia dengan sejumlah orang. Pengakuan tersebut ternyata palsu dan Simpson dinyatakan bersalah karena berbohong kepada FBI.
Namun, Hakim Mary H. Murguia tidak menemukan cukup bukti untuk mendukung tuduhan FBI bahwa perjalanan tersebut berkaitan dengan terorisme, atau bergabung dengan al-Shabaab.
Penahanan Simpson berakhir pada tahun 2014, dan dia pun bebas. Menurut dokumen pengadilan, Simpson lahir di Illinois kemudian pindah ke Phoenix, Arizona. Di sanalah, Simpson memutuskan untuk "menganut agama Islam sejak masih muda".
Dilaporkan ABC News, pengacara Simpson selama proses pengadilan, Kristina Sitton, mengungkapkan Simpson termasuk dalam daftar warga AS yang dilarang terbang.
Sitton menyatakan bahwa FBI telah mencoba untuk meyakinkan Simpson untuk bekerja sama dengan mereka. Sitton menilai bahwa Simpson saat itu tidak berbahaya.
"Dia dibesarkan secara normal. Hanya seorang pria SMA biasa. Perpindahannya ke Islam tampak seperti hal yang baik baginya. Dia telah melakukan hal yang buruk lalu dia menemukan Islam," kata Sitton.
"Saya tak pernah menyangka dia akan melakukan serangan seperti ini. Saya mengenal beberapa pelaku kriminal, dan dia tak seperti itu," kata Sitton melanjutkan. Simpson bekerja di kantor kedokteran gigi di Arizona. Namun, ayahnya Dunston Simpson mengakui bahwa sebelum serangan, putranya tersebut sempat berlibur.
Dunston menggambarkan Elton sebagai "anak yang baik". Dunston mengungkapkan bahwa setelah masuk Islam, Dunston dikenal dengan nama Mutawakil.
Dunston mengaku bahwa terakhir kali berbincang dengan putranya itu tiga pekan lalu.
"Kami tak membicarakan banyak hal, karena mereka masing-masing memiliki perbedaan pemikiran yang sangat serius," kata Dunston, dikutip dari ABC.
Dunston juga menyesalkan perbuatan putranya tersebut. Mnurutnya, Elton memilih tindakan yang buruk.
"Kami adalah orang Amerika dan kami percaya pada Amerika. Apa yang anak saya lakukan adalah cerminan yang sangat buruk atas keluarga saya," kata Dunston.
Penyidik FBI dan tim penjinak bom kini tengah menggeledah apartemen Simpson yang berlokasi di Kompleks Apartemen Autumn Ridge, Phoenix.