Nestapa Warga Lansia di Kawasan Kumuh Gangnam, Korsel

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 05 Mei 2015 07:23 WIB
Berbeda dengan citra glamor dalam video Gangnam Style, ruas jalan di Korsel ini menyimpan sisi kumuh yang dihuni para lansia. Wilayah itu akan segera digusur.
Di Korea Selatan, hampir setengah warga lansia hidup dalam kemiskinan dalam tingkat yang terparah dalam pengelompokan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). (Reuters/Kim Hong-Ji)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kim Ok-nyo, wanita paruh baya berusia 80 tahun membakar arang untuk memanaskan dua kamar di gubuknya yang reyot di desa kumuh Guryong, Distrik Gangnam, yang terkenal berkat lagu Gangnam Style. Ironisnya, tak beberapa jauh dari gubug Kim, menjulang gedung-gedung pencakar langit di kawasan mewah Seoul, Korea Selatan.

Bersama dengan 2.000 penduduk desa Guryong, Kim terancam digusur dari gubuk reyotnya pada musim panas ini. Pemerintah kota Seoul telah merencanakan pembangunan kawasan kumuh ini, meski diwarnai oleh pertikaian antar pemerintah kota, pengembang dan penduduk.

Tertinggal dari keajaiban ekonomi Korea Selatan, desa Guryong merupakan simbol suram ketimpangan pendapatan di negara ini. Di Korea Selatan, hampir setengah warga lansia hidup dalam kemiskinan dalam tingkat yang terparah dalam pengelompokan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di gubuknya, Kim, yang merupakan seorang janda, berbagi tempat tinggalnya yang sempit dan terbuat dari kayu dengan salah satu putranya. Kim mengaku siap meninggalkan kawasan kumuh rawan kebakaran ini.

"Saya takut saya akan terus hidup dan mati di sini. Saya ingin mati di tempat yang sedikit lebih baik," kata Kim sembari mengungkapkan bahwa gerejanya hangus terbakar sekitar lima bulan yang lalu.

Setelah suaminya meninggal karena serangan jantung hampir 30 tahun yang lalu, Kim pindah ke lahan pertanian yang berubah menjadi kumuh ini untuk bekerja serabutan. Kim bahkan pernah membersihkan salah satu apartemen mewah yang berdekatan dengan gubuknya.

"Aku iri pada mereka. Mengapa tidak? Saya berdoa setiap hari agar anak-anak saya bisa memiliki kehidupan seperti mereka," kata ibu dari lima anak ini di dalam gubuk kecilnya yang bahkan tak mampu memuat sebuah televisi.

Kim hidup bergantung pada subsidi pemerintah Korea Selatan senilai 200 ribu Won (Rp2,4 juta) per bulan. Sehari-hari, Kim menggunakan toilet umum di sudut kawasan ini. Mandi dan mencuci baju dilakukannya di pemandian umum.

"Nanti Anda akan melihat semua jenis serangga dan pengerat, seperti kecoak dan tikus. Pembunuh serangga tidak mempan di sini," kata Kim.

Pada bulan Desember, para pejabat kota menyetujui rencana pembangunan di daerah kumuh Guryong dengan membangun ribuan unit rumah murah, termasuk rumah bersubsidi bagi warga kumuh saat ini.

"KMI perlu mengembangkan daerah dengan cepat untuk meningkatkan keamanan perumahan bagi warga di sana, karena gubuk itu ilegal dan sudah tua, sehingga sanagt rentan," kata Cho Gyu-tae, seorang pejabat distrik Gangnam yang menangani rencana pembangunan.

"Penduduk sudah tua dan sakit," kata Ahn Young-chan, seorang warga lansia lainnya berusia 79 tahun yang tengah menderita sakit punggung. Ahn tinggal di gubuk tuanya sejak akhir 1980-an.

Namun, Ahn mengaku tidak terlalu berharap banyak pada rencana pembangunan pemerintah. Pasalnya, upaya pembangunan permukiman murah telah mengalami sejumlah kegagalan di masa lalu.

"Kami tunggu dan lihat saja. Jujur, kami tidak memiliki kekuatan. Kami tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang diperintahkan pihak berwenang," kata Ahn. (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER