Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu rumah sakit yang didatangi ribuan warga Nepal yang terluka akibat gempa, National Trauma Centre, mengungkapkan bahwa pihaknya mulai mencemaskan pasokan obat-obatan yang kian lama kian menipis.
Lebih dari sepekan setelah gempa berkekuatan 7,9 SR melanda Nepal, rumah sakit ini telah meluncurkan puluhan operasi besar dan mulai kewalahan menangani pasien. Pasalnya, sejak awal gempa, rumah sakit ini hanya memiliki pasokan obat yang terbatas, dan hingga kini belum bertambah.
"Pada hari pertama gempa, ada ribuan orang yang dibawa ke sini, dan karena tempat ini kecil, kami tidak bisa merawat pasien di dalam rumah sakit, kami harus menempatkan pasien hingga ke jalan-jalan," kata Prof Dr Ganesh Bahadur Gurung, Wakil Kanselir National Academy of Medical Sciences yang mengelola rumah sakit tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Situasi yang sangat tegang. Banyak rumah roboh, sehingga banyak yang menderita korban luka yang cukup parah. Hingga saat ini, antrian untuk operasi masih panjang," kata Gurung melanjutkan.
Ahli bedah ortopedi, Dr Santosh Paudel, menyatakan bahwa luka yang paling umum terjadi adalah patah kaki atau tangan. Dia dan timnya bekerja selama hampir 24 jam sehari selama tiga hari pertama setelah gempa. Meskipun kini kondisi mulai membaik, Paudel mengungkapkan ini merupakan pengalaman yang penuh tekanan.
"Meskipun saya sudah sering menangani luka akibat kecelakaan lalu lintas jalan dan keadaan darurat lainnya, namun harus menangani 50 sampai 100 kasus per hari dalam bencana besar ini menjadi tekanan berat untuk saya," kata Paudel.
"Kami membutuhkan lebih banyak antibiotik berdosis lebih tinggi karena masih banyak pasien yang menderita infeksi serius," kata Gurung.
"Banyak pula yang menderita infeksi pernapasan atau bahkan kegagalan multi-organ. Mereka perlu dirawat di unit perawatan khusus dengan intensif," kata Gurung melanjutkan.
Sementara, ruang ICU di Rumah Sakit Bir rusak parah sehingga memerlukan rekonstruksi. Rumah sakit ini juga menjadi titik penyaluran bantuan ke berbagai daerah yang terisolasi.
Banyak daerah yang masih membutuhkan bantuan medis. Meskipun begitu, pejabat kesehatan Nepal meminta penghentian masuknya lebih banyak tim medis internasional memasuki negara itu.
Dr Khem Bdr. Karki, yang mengkoordinasi tim bantuan dari luar negeri melalui Departemen Kesehatan dan Kependudukan Nepal memaparkan bahwa saat ini sudah cukup banyak pertugas kesehatan yang berada di Nepal, namun pasokan dan bantuan medis masih kurang.
"Kami memiliki kelebihan tenaga medis. Saya menerima banyak tim medis dan saya minta mereka untuk tetap di negara mereka saja," kata Karki.
"Banyak orang di luar sana yang siap membantu Nepal tetapi kami perlu tim kecil, dua atau tiga orang saja, yang bisa pergi ke desa-desa," katanya.
Departemen Kesehatan Nepal menyatakan bersyukur menerima begitu banyak dukungan, namun yang saat ini paling dibutuhkan adalah pasokan obat-obatan, antibiotik, obat penghilang rasa sakit dan vaksin.
(ama/ama)