Jakarta, CNN Indonesia -- Sepekan setelah gempa berkekuatan 7,9 skala Richter mengguncang Nepal, pihak kepolisian dan tim sukarelawan menemukan 100 jasad pendaki Gunung Everest terkubur di timbunan salju di Desa Langtang pada Senin (4/5).
Diberitakan Reuters, Desa Langtang yang terletak 60 kilometer dari Kathmandu adalah jalur pendakian populer bagi wisatawan. Keseluruhan desa dengan 55 penginapan pendaki disapu bersih oleh gempa pada Sabtu (25/4) lalu.
Dari keseluruhan jasad yang ditemukan, setidaknya tujuh di antaranya merupakan warga asing dan baru dua yang berhasil diidentifikasi. Pemerintah Indonesia sendiri hingga kini masih mencari jejak tiga pendaki WNI, yaitu Jeroen Hehuwat, Kadek Andana, dan Alma Parahita yang hilang sejak gempa terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut keterangan yang dihimpun tim evakuasi dari Indonesia, ketiga WNI tersebut terakhir kali terlacak di daerah Langtang. Tim evakuasi dari Indonesia pun mendatangi posko rumah sakit di Langtang untuk mencari keberadaan WNI yang tergabung dalam Taruna Hiking Club (THC) tersebut.
"Tadi malam masuk 120 jenazah dari berbagai lokasi di wilayah Langtang. Pagi ini tim Indonesia dari dokter BNPB, DVI Polri, dan THC akan ke rumah sakit untuk lakukan identifikasi," ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, pada Selasa (5/5).
Hingga saat ini, pemerintah Nepal belum mengantongi data pasti jumlah pendatang yang bertandang saat gempa terjadi. Asisten Kepala Petugas Distrik Langtang, Gautam Rimal, memperkirakan ada 120 lebih orang terkubur di dalam salju.
Proses evakuasi yang lamban membuat pemerintah pesimis masih ada korban selamat di antara timbunan salju.
"Kami tidak dapat mencapai daerah ini lebih cepat karena hujan dan cuaca berawan," ucap birokrat senior di Langtang, Uddhav Bhattarai.
Pesimis akan menemukan korban selamat, pemerintah Nepal meminta tim bantuan dari berbagai negara untuk balik kanan. Namun, melihat penemuan jasad yang begitu banyak ini, seorang pejabat dari Kementerian Dalam Nepal, Rameshwor Dangal, mengatakan bahwa tim bantuan luar negeri masih dapat menetap untuk membantu proses evakuasi.
"Mereka bisa pergi. Jika mereka memiliki spesialis membersihkan puing, mereka dapat tetap di sini," katanya.
Sementara itu, meskipun akses menuju Gunung Everest rusak parah akibat gempa, pemerintah tetap membuka situs pendakian masyhur tersebut.
Secara keseluruhan, gempa bumi Nepal ini telah menelan korban 7.366 jiwa dan melukai 14.500 orang lainnya.
Merujuk pada data Kemlu, ada 31 WNI yang menetap di Nepal. Sebanyak 30 di antaranya sudah bisa dihubungi dan dalam keadaan baik, sedangkan satu orang lagi belum terdengar kabarnya.
Saat gempa terjadi pada Sabtu (25/4), ada 66 WNI yang berkunjung ke Nepal. Hingga saat ini, 23 orang sudah dapat dihubungi, 38 orang sudah keluar dari Nepal, sementara lima lainnya masih dalam proses pencarian, termasuk Jeroen, Kadek, dan Alma. Dua lagi adalah Dewi Pancaringtyas Asih dan Meliana Tamo Ina.
Tak hanya Indonesia, bencana alam ini juga menelan korban dari negara-negara lain. Korban tewas dari negara tetangga, India dan Tiongkok, mencapai 100 orang. Sementara itu, seribu warga negara anggota Uni Eropa masih dinyatakan hilang.
Diperkirakan, total korban jiwa dalam bencana ini dapat melebihi korban gempa tahun 1934 yang menewaskan 8.500 jiwa di Nepal. Bencana ini disebut-sebut bencana terparah yang memukul negara berpenduduk 28 juta jiwa ini.
(stu/stu)