Jakarta, CNN Indonesia -- Pendaki Carsten Pedersen belum menyerah demi mencapai impian masa kecilnya untuk mendaki puncak tertinggi di dunia, Everest, meski gempa 7,9 SR yang mengguncang Nepal telah ikut memicu longsor salju di Everest dan menewaskan 18 pendaki.
Namun jika ia mencoba lagi untuk mendaki, ia akan mendaki lewat jalur Tiongkok, bukan Nepal.
Frustrasi atas kebijakan pemerintah Nepal yang tak jelas, apakah akan memperpanjang izinnya ke Everest atau tidak, pendaki amatir asal Denmark itu adalah salah satu dari banyak pendaki yang mempertimbangkan untuk mendaki Everest lewat jalur lain di luar Nepal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pedersen adalah seorang konsultan teknologi yang pernah ke Kutub Utara dan pernah membayar US$100 ribu (setara Rp1,3 miliar) untuk tiket terbang ke luar angkasa, telah mencoba mendaki Everest sebanyak tiga kali dalam empat tahun terakhir, namun gagal.
“Untuk setiap reaksi, akan ada reaksi lain,” kata Pedersen, yang sudah menghabiskan lebih dari US$110 ribu (setara Rp1,4 miliar) dalam tiga kali upayanya menaklukkan Puncak Everest.
“Reaksi saya jika mereka tak memperpanjang izin? Saya kemungkinan akan pergi lewat Tibet untuk mendakinya. Tidak sulit,” ujarnya.
Jika banyak pendaki gunung melakukan hal serupa, maka itu akan berdampak bagi industri pendakian dan pariwisata Nepal.
Meski izin pendakian sendiri menyumbang hanya beberapa juta dolar tiap tahunnya, keseluruhan sektor itu mampu menghasilkan sekitar US$340 juta untuk Nepal.
“Satu gunung ini memiliki dampak besar pada industri pariwisata negeri ini secara keseluruhan,” kata Prachanda Man Shrestha, mantan pejabat tinggi pariwisata Nepal.
Kini, perusahaan swasta di bidang pendakian Nepal mendesak pemerintah untuk memutuskan apakah akan memberi izin kepada para pendaki yang sudah membayar US$11 ribu per orang.
Tusli Prasad Gautam, Kepala Departemen Pariwisata Nepal, mengatakan bahwa pemerintah tidak bisa mengembalikan biaya itu, dan keputusan terkait perpanjangan izin akan diumumkan dalam beberapa bulan mendatang.
“Jika pemerintah memperpanjang izin, maka klien akan kembali lagi,” kata Sonam Sherpa dari perusahaan peralatan mendaki Nepal.
(stu)