Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menjabat pada 2010 silam, harga sewa dan kredit rumah di London terus melambung melebihi peningkatan upah para pekerja, dengan kisaran 3.500 pound sterling, atau sekitar Rp71 juta per tahun.
Dilaporkan The Independent pada Senin (11/5), menurut laporan The Affordibility Watch dari agen properti Cushman & Wakefield, pendapatan yang siap dibelanjakan (
disposable income) para pemilik rumah di London selama lima tahun terakhir lebih rendah 16 persen dari kenaikan sewa dan pembayaran kredit rumah.
Laporan itu juga menyebutkan kenaikan harga sewa dan kredit rumah berdampak besar kepada pemilik rumah yang memiliki anak-anak. Pasalnya, biaya perawatan anak-anak telah meningkat hingga mencapai 10.767 pound sterling, atau sekitar Rp218 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, para penyewa rumah di London memiliki keadaan finansial yang lebih baik, dengan rata-rata pendapatan yang siap dibelanjakan mencapai lebih dari 25 ribu pound sterling, atau sekitar Rp507 juta. Angka tersebut 43 persen lebih tinggi ketimbang
disposable income para pemilik rumah.
Meskipun demikian, Cushman menilai bahwa tahun 2015 bisa menjadi tahun yang lebih baik untuk para pemilik dan penyewa rumah di London.
Perkiraan ini sejalan dengan terus turunnya harga minyak dunia yang berdampak langsung terhadap biaya energi untuk rumah tangga.
Menurut survei yang dilakukan oleh Wali Kota London, Boris Johnson, warga London menyadari tingginya biaya hidup di ibu kota.
Survei itu menunjukkan bahwa 90 persen warga London menyatakan biaya hidup di London meningkat signifikan sejak tahun lalu, dengan biaya untuk makanan, perumahan, wisata, dan bahan bakar rata-rata meningkat hingga 9,8 kali lebih cepat dari peningkatan upah.
Bulan lalu, sebuah riset yang dilakukan oleh perusahaan perbankan Halifax menunjukkan bahwa jumlah warga usia muda di Inggris yang menabung untuk membayar uang muka rumah semakin berkurang, seiring dengan semakin banyak warga yang memilih tinggal di rumah sewaan.
Riset ini mengindikasikan bahwa besarnya uang muka yang harus dibayarkan membuat para pemuda di Inggris tidak mampu membeli rumah. Pasalnya, harga properti di Inggris terus meningkat, sementara banyak pemuda yang berpenghasilan rendah.
Riset tersebut menunjukkan hanya 43 persen pemuda yang tercatat membayar uang muka rumah melalui bank, sementara 57 persen lainnya lebih memilih menyewa rumah. Sebanyak 40 ribu pemuda dengan kisaran usia 20 hingga 45 tahun ini sering disebut dengan Generation Rent, atau Generasi Penyewa Rumah.
Jumlah pembeli rumah di Inggris tercatat di angka terendah dengan 192.300 pembelian pada 2008. Jumlah pembeli rumah naik kembali menjadi 311.500 pembelian pada tahun lalu.
Sementara, Perdana Menteri David Cameron tetap mempertahankan posisinya untuk lima tahun ke depan setelah meraih kemenangan telak pada pemilu yang digelar pekan lalu.
Cameron menjanjikan lapangan pekerjaan dan pemulihan ekonomi bagi Inggris, pengurangan pajak penghasilan bagi 30 juta rakyatnya sementara terus mendorong penghematan demi mengatasi defisit anggaran yang mencapai 5 persen dari PDB.
(ama/stu)