Jakarta, CNN Indonesia -- Saudi Arabia baru saja beriklan untuk mencari delapan eksekutor baru. Pemerintah ingin merekrut lebih banyak staf untuk mengimbangi meningkatnya jumlah terpidana mati, yang biasanya dieksekusi di hadapan publik.
Aplikasi lamaran dalam bentuk PDF untuk algojo itu bisa diunduh di situs pemerintah setempat mulai Senin (18/5). Namun, gaji untuk algojo disebutkan menempati level terendah dari skala pegawai pemerintahan.
Mengutip Reuters, tidak ada kualifikasi khusus yang dibutuhkan untuk pekerjaan itu. Tugas utamanya hanya mengeksekusi terpidana yang sudah divonis mati oleh pengadilan. Mereka juga harus mengamputasi jika diperlukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hukuman mati menjadi salah satu yang populer di Arab. Negara bersistem kerajaan itu menjadi yang tertinggi dari lima negara di dunia yang menempatkan seseorang dalam hukuman mati. Ia menempati posisi ke-tiga soal hukuman mati pada 2014, setelah Tiongkok dan Iran.
Di bawah Arab, ada Irak dan Amerika Serikat, menurut data dari Amnesty International.
Seorang pria yang dihukum pada Minggu (17/5) kemarin merupakan orang ke-85 yang dieksekusi tahun ini, berdasarkan catatan agensi pers Arab. Jumlah itu cukup tinggi dibanding tahun lalu. Selama 2014, 88 orang yang dieksekusi.
Data Human Rights Watch sedikit berbeda dengan Amnesty International, yang mencatat ada 90 eksekusi secara total tahun lalu.
Kebanyakan dieksekusi karena pembunuhan, tetapi ada lebih dari 30 orang yang terlibat obat-obatan terlarang. Setengah orang yang dieksekusi adalah warga negara Arab sendiri.
Namun lainnya ada yang dari Pakistan, Yaman, Suriah, Yordania, India, Burma, Filipina, Sudan, juga Indonesia. Pemerintah Saudi tidak berkomentar saat ditanya alasan melonjaknya jumlah eksekusi mati tahun ini.
Beredar spekulasi, jumlah itu meningkat karena semakin banyak hakim dan kasus kejahatan.