Thailand Razia, Kamp Perdagangan Manusia di Malaysia Kosong

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 26 Mei 2015 16:47 WIB
Penggeledahan terhadap kamp perdagangan manusia di Thailand disinyalir berdampak pada sejumlah kamp perdagangan manusia di Malaysia yang ditemukan pekan lalu.
Tim forensik Malaysia mulai melakukan penggalian jenazah di sejumlah kamp perdagangan manusia yang ditemukan di daerah yang berbatasan dengan Thailand. (Reuters/Damir Sagolj)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Malaysia meyakini setidaknya dua kamp di tengah hutan yang berisi 140 kuburan korban perdagangan manusia ditinggalkan para penyelundup sejak dua hingga tiga pekan lalu, bertepatan dengan razia praktik perdagangan manusia yang diluncurkan pemerintahan Thailand.

Menurut kepala polisi setempat, Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar, salah satu jenazah yang ditemukan pada kuburan massal itu berumur sekitar tiga pekan. Dilaporkan kantor berita Bernama, Khalid menyatakan bahwa sejumlah kamp tersebut diduga didirikan sejak 2013 dan dua kamp di antaranya "ditinggalkan hanya dua hingga tiga pekan yang lalu".

Kepala polisi distrik Rizani, Che Ismail menyatakan jenazah itu bahkan tak sempat dikuburkan, diperkirakan karena para penyelundup terburu-buru melarikan diri dari daerah yang berlokasi dekat perbatasan Thailand itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: Malaysia Temukan Kuburan dan Kamp Korban Perdagangan Manusia)

"Polisi terkejut dengan aksi kekejaman di kamp itu. Ada tanda-tanda penyiksaan," kata Khalid, dikutip dari Reuters, Selasa (26/5), sembari menyatakan bahwa tim forensik kini mulai melakukan penggalian jasad di sejumlah kamp.

Pada Senin (25/5) malam, pihak berwenang Malaysia mengevakuasi ratusan jenazah yang telah membusuk dalam salah satu kamp. Sebelumnya, polisi menemukan 139 kuburan, beberapa di antaranya berisi lebih dari satu jenazah, dari hasil penyisiran 28 kamp perdagangan manusia yang tersebar sepanjang 50-km dari perbatasan negara bagian Perlis di sebelah utara Malaysia.

Para penyelundup yang ketakutan pun meninggalkan kamp-kamp perdagangan manusia, dan meninggalkan ribuan imigran di kapal yang kelebihan beban di Teluk Benggala dan Laut Andaman.

(Baca juga: Malaysia Temukan Total 139 Kuburan Korban Perdagangan Manusia)

Penemuan serupa juga terjadi di Thailand pada awal Mei, yang berujung pada penggeledahan besar-besaran oleh pemerintah Thailand. Salah satu kuburan bahkan hanya berjarak sekitar 100 meter dari kamp perdagangan manusia di provinsi Songkhla Thailand. Pada awal Mei lalu, sebanyak 26 jenazah korban perdagangan manusia ditemukan di kamp itu.

"Kami tidak tahu apakah ada hubungan antara kamp di Thailand dan di Malaysia," kata Wakil Kepala Provinsi Polisi Thailand Daerah 9, Phuttichart Ekachan, kepada Reuters.

"Ada kemungkinan penggeledahan yang diluncurkan pemerintah Thailand membuat kamp itu pindah dan para imigran melarikan diri ke Thailand. Namun kami belum dapat mengkonfirmasi hal ini," kata Phuttichart melanjutkan.

Sementara, warga di kota Wang Kelian, kota perbatasan Malaysia-Thailand mengaku mereka sering melihat imigran di daerah sekitar.

"Mereka sering kelaparan, tidak makan selama berminggu-minggu. Mereka makan biji-bijian, dedaunan dan apa pun yang dapat mereka temukan. Sedih sekali melihat mereka," kata Abdul Rahman Mahmud, seorang warga yang memiliki sebuah asrama kecil di daerah tersebut.

Hutan lebat di sebelah selatan Thailand dan sebelah utara Malaysia disinyalir menjadi titik perhentian utama bagi para penyelundup dalam menyelundupkan "manusia perahu" dari Myanmar, yang merupakan etnis Rohingya dan Bangladesh.

Ribuan Muslim Rohingya diangkut penyelundup manusia melalui Thailand selatan setiap tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, para imigran gelap itu ditahan di sejumlah kamp terpencil di tengah hutan hingga sanak saudara mereka bersedia membayar uang tebusan, yang berkisar antara US$1.200, atau sekitar Rp15,7 juta hingga US$ 1.800, atau sekitar Rp23,6 juta. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER