Jakarta, CNN Indonesia -- Korban tewas di India akibat gelombang panas mencapai lebih dari 1.400 orang. Korban terbanyak jatuh dari kalangan warga miskin, yang sedikit terlindungi dari panas yang menyengat kulit.
Diberitakan
CNN, Kamis (28/5), korban tewas telah mencapai 1.424 orang di India dalam beberapa hari terakhir. Kebanyakan korban, atau 1.020 orang, datang dari wilayah sebelah tenggara negara bagian Andhra Pradesh, sisanya dari sekitar Telangana, di ibu kotanya, Hyderabad.
Di Hyderabad suhu udara di siang hari tembus hingga 43 derajat Celcius. Di malam hari suhu mencapai 30 derajat Celcius. Di tengah terik, tingkat kelembaban mencapai 30 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingginya suhu udara setidaknya bisa digambarkan dari berapa banyak orang yang mampir ke kedai Amruta Bai di Hyderabad. Sepanjang hari, pria ini sibuk bolak-balik mengisi guci air di kedainya, gratis untuk para pejalan kaki.
Setiap dua menit sekali, apalagi saat tengah hari menuju sore, pengunjung datang untuk meminum air tersebut.
Cuaca ini juga menjadi berkah tersendiri bagi Bharat, penjual es krim. Dagangannya laris manis setiap sore dan pagi hari. Penjualannya dua kali lipat dibanding tahun lalu. Namun siang hari pembeli sepi. Jalanan terlalu panas untuk warga keluar rumah.
Mereka yang memiliki pendingin udara memilih berada di rumah, memasang AC hingga suhu rendah. Bagi warga miskin, cuaca panas sungguh menyiksa. AC atau bahkan kipas angin adalah kemewahan.
Warga miskin jadi korbanMayoritas korban tewas adalah warga tidak mampu, pengemis dan tunawisma, serta pekerja konstruksi yang bekerja di luar ruangan, langsung diterpa matahari. Mereka meregang nyawa akibat dehidrasi atau akibat sengatan panas.
Hanya sepertiga dari 1,2 miliar penduduk India yang memiliki akses terhadap listrik, berarti banyak yang harus menghadapi cuaca panas tanpa pertolongan pendingin ruangan.
Kepala pemerintahan Telangana, B.R. Meena, malah mengecam para warga miskin yang tidak melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari panas. Menurut dia, jika saja para korban sedikit berhati-hati maka kematian bisa dihindari.
"Tutupi tubuh dengan baik, pakai pakaian berwarna terang, pakai payung, hati-hati, tetap di tempat teduh -- jika hal ini dilakukan, kematian tidak terjadi," kata Meena.
Dia mengatakan bahwa pemerintah daerah telah menyarankan warga untuk memakai payung, topi atau turban serta meminum banyak air dan jangan keluar rumah antara pukul 11 siang hingga 4 sore.
Suhu tertinggi tercatat terjadi pada Senin lalu di wilayah Titlagarh, Odisha, yang mencapai 47,6 C. Di banyak tempat bagian utara, pusat dan timur India, temperatur lebih tinggi dua hingga lima kali dibanding biasanya.
Badan Meteorologi India mengatakan cuaca panas diperparah oleh angin barat yang bertiup dari Provinsi Sind di Pakistan.
Diharapkan hujan deras yang diperkirakan terjadi akhir pekan ini bisa sedikit meluruhkan panas di India. Namun rasa lega hanya terjadi sesaat karena prakiraan cuaca menunjukkan gelombang panas akan tetap terjadi beberapa hari ke depan.
(stu)