Travel Ban Mantan Napi Guantanamo Akan Diperpanjang

Amanda Puspita Sari/CNN | CNN Indonesia
Senin, 01 Jun 2015 12:20 WIB
Travel ban atas lima anggota Taliban yang sempat ditahan di Guantanamo dan dibebaskan untuk ditukarkan dengan Sersan Bergdahl Lowe akan diperpanjang.
Travel ban atas lima anggota Taliban yang sempat ditahan di Guantanamo dan dibebaskan untuk ditukarkan dengan Sersan Bergdahl Lowe akan diperpanjang. (Ilustrasi/Petty Officer 1st class Shane T. McCoy)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah pejabat pemerintah Amerika Serikat tengah melanjutkan negoasiasi dengan Afghanistan dan Qatar terkait perpanjangan pelarangan bepergian, atau travel ban, kepada sejumlah anggota Taliban yang dibebaskan tahun lalu untuk ditukarkan dengan tentara AS yang ditawan Taliban, Sersan Bowe Bergdahl.

Sebanyak lima anggota Taliban dibebaskan pada Mei tahun lalu untuk ditukarkan dengan Bergdahl, yang telah ditahan Taliban selama lima tahun. Kelimanya kemudian ditempatkan di Qatar dan dilarang bepergian selama satu tahun, hingga akhir bulan Mei.  

Sementara Bergdahl telah didakwa atas tuduhan desersi pada Maret lalu dan tercancam hukuman penjara seumur hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumber diplomatik menyatakan kepada CNN pada Jumat (29/5) malam bahwa perundingan AS dan Qatar akan menggelar perundingan final pada Sabtu (30/5) terkait larangan bepergian bagi kelima anggota Taliban tersebut.

Menurut sumber yang tak mau dipublikasikan namanya, Qatar bersedia memperpanjang perjanjian di bawah kesepakatan yang telah dijanjikan sebelumnya, namun menolak melakukan negosiasi ulang. Sementara AS nampaknya berniat untuk mengajukan pengawasan yang lebih ketat untuk membatasi pergerakan para anggota Taliban tersebut.

"(Qatar) akan tetap menahan mereka jika kedua pihak setuju dan jika perjanjian yang lama tetap diberlakukan. (Qatar) tidak akan menambahkan hal lain dalam perjanjian karena (Qatar) tidak ingin membuatnya lebih rumit lagi," kata sumber tersebut, dikutip dari CNN, Ahad (31/5).

Sumber tersebut juga menyatakan bahwa meskipun AS, Afghanistan dan Qatar merupakan pihak yang utama dalam perjanjuian ini, kelima anggota Taliban tersebut juga memiliki suara dalam kesepakatan ini.

Di Qatar, para anggota Taliban ini tinggal bersama keluarga dan rekan mereka yang berjumlah sekitar 70 orang. Pemerintah Qatar menyatakan tidak akan memulangkan mereka kembali ke Afghanistan jika mereka tetap tidak mematuhi pemerintah Afghanistan.

Penukaran tahanan antara Bergdahl dengan kelima anggota Taliban ini belakang menuai kontroversi, menyusul laporan dari Direktur Intelijen Nasional, James Clapper, pada awal tahun lalu, yang menyatakan bahwa para anggota Taliban ini kembali mengontak kawanan militan Taliban sejak dibebaskan.

Sementara, kritik juga dilontarkan oleh sejumlah pejabat Partai Republik terkait penukaran tahanan ini. Anggota DPR AS Mac Thornberry untuk wilayah Texas, dan Vicky Hartzler untuk wilayah Missouri menyatakan bahwa penukaran tahanan semacam itu akan membahayakan tentara AS.

"Pada Ahad, perjanjian yang disepakati oleh Administrasi Obama terhadap para teroris ini akan berakhir, dan ini akan membahayakan pasukan kita di luar negeri dan keluarga kita di dalam negeri. Menjadi tugas Kongres dan tugas kita bersama untuk memahami bagamana ini dapat terjadi," bunyi pernyataan dari Thornberry dan Hartzler.

Lima anggota Taliban yang dibebaskan untuk ditukarkan dengan Bergdahl adalah Khair Ulla Kata Wali Khairkhwa, Mullah Mohammad Fazl, Mullah Norullah Nori, Abdul Haq Wasiq dan Mohammad Nabi Omari. Mereka adalah pejabat tingkat menengah dan tinggi dalam rezim Taliban dan ditahan sejak awal perang di Afghanistan berkecamuk karena posisi mereka dalam Taliban, bukan karena terkait dengan al-Qaidah.

Khairkhwa adalah menteri dalam negeri selama pemerintahan Taliban, yang ditangkap di Pakistan dan dipindahkan ke Guantanamo, pada Mei 2002. Dia diduga "secara langsung terkait" dengan Osama bin Laden dan mantan pemimpin al-Qaidah di Irak, Abu Musab al-Zarqawi.

Sementara Fazl merupakan mantan kepala staf militer yang memerintahkan serangan kepada Aliansi Utara yang didukung AS pada 2001. Dia dituduh melakukan kejahatan perang selama perang sipil Afghanistan pada dekade 1990-an.

Fazl menyerah kepada pemimpin komunitas Uzbek di Afghanistan pada November 2001. Fazl merupakan salah satu buron yang paling dicari oleh PBB sehubungan dengan pembantaian ribuan warga Syiah Afghanistan selama pemerintahan Taliban. Fazl dipindahkan ke tahanan AS pada Desember 2001, dan merupakan salah satu penghuni penjara Guantanamo pertama.

Anggota Taliban lainnya, Noori, merupakan mantan Gubernur Provinsi Balkh pada rezim Taliban dan memainkan sejumlah peran dalam serangan melawan NATO. Seperti Fazl, Noori ditahan setelah menyerahkan diri kepada pemimpin komunitas Uzbek di Afghanistan pada 2001.

Selama proses interogasi, Noori mengaku bahwa "dia tidak pernah menerima senjata atau pelatihan militer." Menurut penilaian kepada para tahanan pada 2008, Noori "terus menyangkal perannya, kepentingan dan keterkaitannya dengan para pejabat Taliban." Noori juga disebut sebagai tahanan berrisiko tinggi dan memiliki kecerdasan yang tinggi.

Wasiq merupakan mantan wakil kepala dinas intelijen Afghanistan pada rezim Taliban. Sepupunya merupakan kepala lembaga tersebut. Wasiq juga disebut sebagai "anggota intelijen al-Qaidah" dan memiliki hubungan dengan anggota kelompok militan lainnya, Hezb-e-Islami Gulbuddin.

Wasiq mengaku bahwa dia ditangkap ketika mencoba membantu Amerika Serikat menemukan tokoh senior Taliban, dan membantah hubungan dengan kelompok militan.
(ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER