Seoul, CNN Indonesia -- Penyakit pernafasan akut asal Timur Tengah MERS untuk pertama kalinya mewabah di Korea Selatan. Dua orang meninggal dunia dan 35 warga terjangkit sementara ribuan lainnya dikarantina untuk mencegah penyebaran virus.
Menurut Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan, dua dari lima orang yang terjangkit terakhir adalah staf medis di rumah sakit yang menangani pasien MERS.
WHO melaporkan, kasus MERS atau Sindrom Pernafasan Timur Tengah pertama kali muncul di Korsel pada 20 Mei lalu. Penular pertama adalah seorang pria berusia 68 tahun yang baru saja datang dari negara Timur Tengah sebelum kembali ke Korsel pada 4 Mei.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia baru menderita gejala MERS sepekan kemudian. Penularan terjadi melalui orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien pertama ini. Putra pasien pertama ini yang juga mengidap MERS dilaporkan melanggar perintah karantina dan pergi ke Hong Kong dan China daratan. Saat ini dia berada di rumah sakit di China.
Sebanyak 1.369 orang per Rabu kemarin menjalani karantina karena telah melakukan kontak dengan penderita.
"Pada 20 Mei, satu kasus dilaporkan di Republik Korea. Pasien ini baru saja bepergian ke Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrain. Orang ini tidak menderita sakit saat perjalanan," kata WHO dalam pernyataannya, dikutip CNN.
Mudahnya penyebaran MERS di Korsel karena budaya rumah sakit yang memperbolehkan keluarga berada satu kamar dengan pasien. Kebanyakan yang menderita adalah mereka yang berada di ruang pasien selama lima menit hingga beberapa jam.
Pemerintah Korsel merahasiakan rumah sakit karantina para penderita MERS. Namun 22 kasus di antaranya berasal dari sebuah rumah sakit yang kini disebut "Fasilitas B". Sebuah rumah sakit juga ditutup, diduga demi mencegah penyebaran virus.
Wabah MERS di Korsel memicu kepanikan warga karena ini kali pertama virus pernafasan ini merebak di negara tersebut. Di jalan-jalan, warga mulai menutupi mulut dan hidung mereka dengan masker. Pemeriksaan suhu tubuh juga dilakukan di terminal kedatangan internasional di bandara Korsel.
 Publik Korea Selatan mulai mengenakan masker ketika keluar rumah untuk mencegah penyebaran MERS. (Reuters/Kim Hong-Ji) |
Sebelumnya sejak virus ini pertama kali muncul di Arab Saudi pada 2012 dan menyebar ke berbagai negara, Korea Selatan tidak pernah tersentuh.
Presiden Korsel Park Geun-hye melakukan rapat darurat pada Rabu untuk membahas respon awal mengatasi wabah ini.
"Reaksi awal untuk penyakit menular seperti MERS sangat penting, tapi ada beberapa ketidaklayakan dalam respons awal, termasuk gagal diagnosa soal penularannya," kata Park, merujuk pada kasus pertama saat dokter tidak menduga pasien menderita MERS.
MERS disebabkan oleh coronavirus dari famili yang sama dengan virus pemicu SARS atau sindrom pernafasan akut parah yang menewaskan sekitar 800 orang pada wabah tahun 2002-2003 di seluruh dunia. Namun MERS memiliki tingkat kematian lebih tinggi 38 persen dibanding SARS, menurut data WHO.
Virus MERS awalnya memiliki gejala seperti flu dan menyerang sistem pernafasan. Gejala lainnya adalah demam dan batuk, beberapa parah seperti pneumonia dan gagal ginjal.
WHO mencatat, kasus baru di Korsel ini membuat angka penderita MERS di seluruh dunia mencapai 1.179 orang, dengan kematian berjumlah 442 orang.
(den)