Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 75 orang di Provinsi Guangdong, China, yang berhubungan dekat dengan seorang pria yang terjangkit Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) dibebaskan dari karantina.
Seorang pria asal Korea Selatan yang dinyatakan positif terjangkit MERS di Guangdong pada 29 Mei lalu. Berdasarkan Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Guandong, pasien tersebut sekarang dalam kondisi stabil. Dokter mengatakan dia sudah tidak demam dalam beberapa hari tapi terkadang masih batuk dan paru-parunya masih meradang.
Dikutip dari Channel NewsAsia, menurut Komisi itu pada Kamis (11/6), 75 orang lain dinyatakan negatif MERS setelah dua kali dilakukan pemeriksaan. Sebanyak 44 orang dilepaskan dari karantina pada Selasa lalu dan sisanya dilepaskan pada Rabu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kita telah bekerja dengan baik dalam bertarung untuk pencegahan epidemik wabah MERS. Kami berjuang keras sampai tengah malam pada 10 Juni, atau pukul 24.00 tadi malam. Semua orang yang melakukan kontak dengan yang terjangkit MERS telah melewati standar medis dan dibebaskan dari karantina," kata Xu Angao, direktur Kesehatan dan Administrasi Keluarga Berencana Kota Huizhou.
Seorang pria berusia 44 tahun yang mengunjungi pasien MERS disebuah rumah sakit Korea Selatan, menunjukan gejala yang sama pada 21 Mei. Meskipun dokter merekomendasikan untuk membatalkan rencana perjalanannya, dia tetap pergi ke Hong Kong pada 26 Mei termasuk Kota Huizhou lewat Shenzhen.
Berdasarkan ahli dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Guangzhou, meskipun 75 orang itu tak lagi dikarantina, tetap ada celah penyakit itu menyebar. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih memperhatikan kesehatan mereka dan bekerja sama dengan pihak berwenang.
MERS adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus, mirip dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Kasus manusia pertama tercatat di Arab Saudi pada 2012. Tidak ada vaksin atau pengobatan untuk penyakit yang memiliki tingkat kematian sekitar 40 persen ini.
(stu)