Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum tragedi pesawat Germanwings 9525 terjadi pada akhir Maret lalu, kopilot Andreas Lubitz yang diduga sengaja menabrakkan pesawat ke lereng Gunung Alpen ternyata sempat mengunjungi 41 dokter dan takut mengalami kebutaan.
Dilaporkan
CNN, Jaksa Marseille, Brice Robin, menyatakan bahwa dari hasil penyidikan, terungkap Lubitz sempat mengunjungi berbagai dokter selama tujuh kali, mengunjungi pakar medis satu kali, mengunjungi psikiater tiga kali, dan mengunjungi dokter mata dan THT sebanyak tiga kali.
Hasil penyidikan tersebut memberikan rincian baru terkait masalah medis dan psikologis yang diderita Lubitz yang diduga membuatnya nekat mengunci pintu kokpit dan menabrakkan pesawat dengan rute Barcelona-Dusseldorf yang membawa ratusan penumpang dan awak tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Robin memaparkan bahwa Lubitz, 27 tahun, menyatakan kepada salah satu dokter yang dikunjungi bahwa dia telah berkonsultasi dengan dokter mata dan banyak ahli saraf. Selama lima tahun sebelum kecelakaan maut itu terjadi, Lubitz telah berkonsultasi dengan 41 dokter.
Menurut laporan dari Robin, Lubitz takut kehilangan penglihatannya dan menderita depresi berat yang melibatkan "psikosis disertai dengan masalah penglihatan."
"Lubitz bahkan sempat berkata kepada sejumlah kerabatnya bahwa hidup tidak lagi punya arti jika tak bisa melihat," kata Robin, dikutip dari CNN, Kamis (11/6).
Lubitz juga sempat mengeluh kepada seorang dokter bahwa dia hanya dapat melihat "30 sampai 35 persen suatu objek dalam kondisi gelap." Selain itu, dia kerap kali melihat cahaya berkedip dalam penglihatannya dan tidak bisa tidur karena masalah ini.
Maret lalu, pejabat pemerintah Eropa yang mengetahui tentang penyelidikan ini menyatakan bahwa setelah Lubitz mengeluh tentang masalah penglihatan, seorang dokter mata menyatakan dia menderita gangguan psikosomatik dan memberinya catatan "tidak layak untuk bekerja."
Polisi Jerman yang menyelidiki apartemen Lubitz setelah kecelakaan tersebut menemukan resep obat untuk mengobati depresi dan kecemasan. Robin menginstruksikan tes toksikologi terhadap jenazah Lubitz untuk menemukan informasi lebih lanjut. Hingga saat ini kepolisian masih menunggu hasilnya.
Pada Kamis (11/6), Robin mengumumkan bahwa Perancis membuka penyelidikan kriminal soal jatuhnya pesawat yang menewaskan 150 orang itu.
Penyelidikan ini memungkinkan orang lain dapat dikenai tuntutan, namun para penyidik percaya bahwa Lubitz lah yang menabrakkan pesawat. Pasalnya, Lubitz sempat mengunci pintu kokpit dan tidak membiarkan kapten pesawat memasuki kokpit ketika dia kembali dari toilet.
Namun, sejumlah pertanyaan kunci tetap tidak terjawab, seperti sejauh mana maskapai Germanwings mengetahui kondisi kesehatan Lubitz, sehingga bencana ini seharusnya bisa dihindari.
Juru bicara maskapai tersebut menolak berkomentar soal rincian kesehatan Lubitz karena termasuk dokumen rahasia.
(ama/stu)