Jakarta, CNN Indonesia -- Ribuan sekolah di Korea Selatan yang ditutup untuk mencegah penyebaran virus
Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), kembali dibuka pada Senin (15/6), atau hampir empat pekan setelah virus mematikan ini merebak di Korea Selatan.
Dilaporkan Reuters, penyebaran virus MERS dinilai melambat sejak pertama kali memasuki Korea Selatan pada
20 Mei 2015. Meski demikian, lima kasus penjangkitan baru dilaporkan oleh Departemen Kesehatan Korea Selatan pada hari ini, membuat jumlah penjangkitan menjadi 150 kasus, angka penyebaran tertinggi di luar Arab Saudi.
Sementara, korban tewas akibat virus ini telah mencapai 16 jiwa. Semua kasus penjangkitan dilaporkan terkait dengan sejumlah fasilitas kesehatan yang merawat pasien penderita MERS sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Sekolah Dasar Myoungin di Kota Suwon, sebelah selatan Seoul, para guru menyambut siswa di pintu gerbang selama 10 hari, untuk memeriksa suhu tubuh mereka dan memulangkan para siswa yang menderita demam.
"Saya dan ibu anak-anak sama-sama bekerja, jadi saya pikir lebih baik anak-anak berada di sekolah, yang menerapkan sejumlah langkah yang tepat, dibanding hanya meninggalkan mereka di rumah," kata Bin Ko-ok, sembari membawa cucunya yang berada di kelas satu sekolah dasar, kembali ke sekolah.
Sekolah merupakan salah satu fasilitas publik pertama yang ditutup sejak maraknya penyebaran MERS, dua pekan lalu. Kepala sekolah Kim Hak-yu, menyatakan hingga saat ini dia tidak menerima kritik dari orang tua yang menentang dibukanya kembali sekolah itu.
Meski demikian, setidaknya 440 sekolah tetap ditutup pada hari ini, sementara 2.900 sekolah ditutup pada Jumat (12/6). Pekan lalu, WHO juga telah merekomendasikan pembukaan ribuan sekolah di Korea Selatan.
Selain itu, sudah empat rumah sakit yang ditutup sepenuhnya atau sebagian sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran MERS.
Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, yang popularitasnya menurun 35 persen sejak pemerintahnya dikritik atas penanganan wabah MERS di Negeri Ginseng ini, menyerukan kepada seluruh pihak agar situasi di Korea Selatan kembali normal.
"Saya minta para pelaku usaha melanjutkan kegiatan investasi, produksi dan manajemen seperti biasa dan mendorong masyarakat agar kembali berbelanja," kata Park, dikutip dari Reuters, Senin (15/6).
Pemerintahan Park menerima kritik keras dari publik karena tidak merilis nama rumah sakit yang merawat pasien terinfeksi MERS, memicu ketakutan dan kebingungan publik.
Pada Sabtu, WHO mengutip kekurangan pada respon awal Korea Selatan untuk MERS dan mendesak komunikasi yang lebih baik dari pemerintah untuk meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dalam upaya mereka melawan wabah, di dalam negeri dan internasional.
Departemen Kesehatan Korea Selatan memaparkan hingga saat ini sebanyak 5.500 warga telah dikarantina karena diduga terpapar virus MERS di Samsung Medical Center, sebuah rumah sakit terkemuka di Seoul, yang kini telah ditutup sebagian.
Jumlah warga yang dikarantina diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 10 ribu orang.
Samsung Medical Center menyatakan pada Ahad (14/6) bahwa pihaknya tidak menerima operasi non-darurat dan pasien baru, setelah lebih dari 70 kasus penjangkitan ditelusuri terkait dengan rumah sakit ini, termasuk seorang pekerja rumah sakit yang terinfeksi MERS dan diduga telah melakukan kontak dengan lebih dari 200 orang.
Sementara, hingga Sabtu (13/6), lebih dari 108 ribu wisatawan membatalkan kunjungan mereka ke Korea Selatan. Sebanyak 75 persen di antaranya berasal dari China, Hong Kong dan Taiwan.
Kementerian Kebudayaan Korea Selatan memperkirakan keadaan ini akan terus berlanjut sepanjang musim panas ini.
(ama/stu)