Pelaku Penyerangan Polisi Dallas Punya Jejak Masalah Mental

Eky Wahyudi | CNN Indonesia
Senin, 15 Jun 2015 17:00 WIB
Pelaku penembakan yang tewas oleh penembak jitu saat menyerang Kepolisian Dallas, diduga memiliki masalah mental dan pernah mengancam anggota keluarga sendiri.
Bom meledak diluar markas kepolisian. Ledakan pertama terjadi ketika robot polisi mencoba memindahkan bom pipa. Ledakan kedua bertempat dibawah kendaraan kepolisian yang diletakan oleh Boulware. (Dallas Police Department/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penyerang Kepolisian Dallas dengan senjata api dan peledak pada Sabtu (13/6) dini hari, James Boulware tewas di tempat ketika dihujam peluru para petugas kepolisian. Hasil penyelidikan terhadap latar belakang Boulware menunjukkan pria berusia 35 tahun ini memiliki masalah kejiwaan setelah melewati masa-masa sulit dala, hidupnya.

Pihak berwenang mengatakan Boulware memiliki catatan kekerasan dan masalah hak asuh. Ibunya, Jeannine Hammond, mengatakan anaknya juga memiliki sejarah panjang penyakit mental, dan keluarganya berjuang untuk mengatasinya.

"Saya terus berharap dia akan membaik. Tapi dia tidak bisa. Dia benar-benar tidak bisa,"  kata Jeannine Hammond kepada CNN

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada NBC Dallas, Hammond mengatakan bahwa anaknya mempunyai gangguan mental dan gangguan "pendengaran suara."

Menurut keterangan polisi, drama panjang dimulai pada Sabtu (13/6) tengah malam ketika Boulware menembaki markas polisi dengan peluru.

Dia meninggalkan dua perangkat di dalam tas wol yang kemudian meledak. Serangan itu menghancurkan jendela dan menyisakan lubang peluru yang di tembok bangunan dan di mobil patroli yang diparkir di luar.

Boulware lalu mengemudikan sebuah mobil van, yang kemudian menabrak mobil patroli dan kabur dari kejaran polisi dengan kecepatan tinggi ke sebuah restoran cepat saji di Hutchins, sekitar 16 km dari kota.

Mobil van Boulware lalu terpojok di parkiran restoran, dan terjadi pembicaraan antara dia dengan polisi, namun tak tercapai kata sepakat. Polisi berupaya untuk menghentikan van dengan menembak mesin dengan senapan api. Penembak jitu kemudian menembak Boulware melalui kaca depan mobil van.

Petugas mendekati kendaraan dan beberapa saat kemudian mengumumkan tersangka tewas.

Beberapa jam kemudian, televisi secara langsung menampilkan polisi sedang berusaha mengatasi bahan peledak yang ditinggalkan Boulware.

Namun bom tetap meledak diluar markas kepolisian. Ledakan pertama terjadi ketika robot penjinak bom mencoba memindahkan bom pipa yang dipasang Boulware, sementara ledakan kedua bertempat dibawah kendaraan kepolisian.

Menyalahkan polisi atas hak asuh anak

Kepala kepolisian Dallas, David Brown, mengatakan Boulware melakukan penyerangan sendirian, termotivasi oleh keluhan pribadi dan tak memiliki hubungan dengan kelompok teroris.

Berdasarkan rekam jejaknya, Boulware beberapa kali terlibat aksi kriminal diantaranya penembakan terhadap anggota keluarga.

Brown mengatakan Boulware menyalahkan polisi karena polisi menyebabkan dia kehilangan hak asuh anaknya dan petugas menuduh dia sebagai anggota teroris.

Kim Cooks, hakim pengadilan keluarga di Dallas County yang mengawasi kasus hak asuh anak, mengatakan kepada CNN bahwa dia berada di bawah perlindungan polisi karena ancaman dari Boulware.

"Dia akan melihat Anda seolah-olah ia ingin membunuh. Dan kemudian dia mungkin akan membaik untuk satu menit dan menit berikutnya dia akan mengamuk dan marah terhadap sesuatu," kata Cooks.

Pada April, Hammond memenangkan hak asuh atas anak Boulware. Selama persidangan, kata dia, Boulware mengalami delusi, mengomel di pengadilan dan mengatakan pada juri dia tahu di mana Osama bin Laden bersembunyi sebelum pasukan AS membunuh pemimpin al-Qaidah. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER