Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga dari 10 staf konsuler Tunisia yang diculik di Libya pekan lalu telah dibebaskan. Sementara itu, pejabat pemerintah Libya mengatakan negosiasi untuk pembebasan sandera lainnya terus dilakukan. (Baca:
Delapan Warga Tunisia Diculik di Libya)
Sejumlah pria bersenjata menyerbu Konsulat Jenderal Tunisia pada Jumat di Tripoli. Ini bukan kali pertama, faksi bersenjata telah kerap menculik diplomat dan orang asing sebagai cara untuk menekan pemerintah mereka membebaskan militan Libya yang ditahan di penjara negara lain.
Beberapa utusan diplomatik memang masih ada di Tripoli, meski ibu kota itu telah dikuasai oleh kelompok bersenjata yang menamakan diri mereka “Libya Dawn”, mengusir pemerintahan yang diakui oleh dunia internasional—kini memerintah dari timur Libya— tahun lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas penculikan itu, tapi pemerintah Tunisia bulan lalu menangkap Walid Kalib, anggota dari Libya Dawn. Pengadilan Tunisia menolak untuk melepaskan Kalib, yang menghadapi tuduhan penculikan di Tunisia.
"Tiga diplomat telah dibebaskan kemarin setelah mereka diculik di ibu kota Tripoli," kata seorang pejabat polisi diplomatik Libya, Faraj Swhili, Selasa (16/6). "Tujuh diplomat lainnya akan dilepaskan ketika tahanan Libya di Tunis, Walid Kalib, dibebaskan oleh otoritas Tunisia."
Sebuah sumber pemerintah Tunisia mengkonfirmasi pembebasan itu, tapi tidak memberikan rincian apapun tentang negosiasi atau persyaratan yang ditetapkan oleh para penculik.
Sejumlah pria bersenjata telah menculik warga dan diplomat Mesir, Yordania dan Tunisia di masa lalu.
Empat tahun setelah jatuhnya Muammar Gaddafi, secara perlahan dan pasti, Libya terperosok dalam konflik berkepanjangan. Tiap faksi bertempur satu sama lain, memperebutkan kontrol atas pemerintahan. PBB sedang mencoba memprakarsai perundingan untuk menyatukan kedua kelompok itu.
(stu)