Kairo, CNN Indonesia -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada Rabu (17/6) mengampuni 165 orang demonstran, kebanyakan remaja, yang dipenjara atas tuduhan melakukan protes ilegal dan pelanggaran ringan lainnya.
Namun tak satupun aktivis politik yang sudah dijatuhi hukuman bertahun-tahun penjara ada di antara 165 orang itu.
Tindakan keras oleh pasukan keamanan Mesir awalnya dimulai dengan menghukum berat anggota Ikhwanul Muslimin, namun kini juga diberlakukan kepada aktivis liberal dan sekuler yang dulu membantu menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak pada 2011.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian dari mereka yang masih ditahan adalah Alaa Abdel Fattah, Ahmed Maher dan Mohamed Adel, juga termasuk adik perempuan Abdel Fattah yakni Sanaa dan Yara Sallam, seorang pengacara.
Hukum soal demonstrasi disahkan oleh Mesir hanya beberapa bulan setelah militer di bawah Sisi mengkudeta mantan Presiden Mohamed Mursi—dari Ikhwanul Muslimin—pada 2013, menyusul protes massal terhadap pemerintahan Mursi.
Meskipun banyak kritik ditujukan kepada tindakan keras pasukan keamanan, banyak orang Mesir beranggapan bahwa Sisi telah membawa kestabilan di Mesir.
Ikhwanul Muslimin, kini dilarang di Mesir, menyerukan protes melawan Sisi pada Jumat, setelah pengadilan di Kairo menjatuhkan hukuman mati pada Mursi.
(stu)