Hong Kong, CNN Indonesia -- Parlemen Hong Kong menolak melalui veto paket reformasi pemilu yang disusun China. Langkah parlemen ini disambut baik oleh para aktivis yang menganggap proposal China adalah bentuk pengekangan terhadap demokrasi.
Diberitakan Reuters, veto dijatuhkan setelah mayoritas anggota parlemen menolak proposal China dalam pemungutan suara, Kamis (18/6). Dari 70 anggota parlemen, hanya 37 yang hadir.
Sebanyak 28 anggota parlemen sepakat veto, hanya delapan yang mendukung, dan satu tidak ambil suara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam proposal itu, China menawarkan reformasi pemilihan pemimpin di Hong Kong melalui pemilu langsung yang diikuti warga pada 2017. Namun, kandidat calon pemimpin Hong Kong harus mendapat restu dan telah melalui seleksi dari pemerintah Beijing.
Para aktivis mengatakan bahwa model pemilu yang ditawarkan China adalah "demokrasi palsu" untuk semakin memperkuat cengkeraman Partai Komunis di Hong Kong. Tahun lalu, demonstrasi yang berujung rusuh terjadi di Hong kong menuntut demokrasi yang murni.
"Veto ini membantu rakyat Hong Kong memberikan pesan jelas pada Beijing, bahwa kami ingin pilihan yang murni, pemilu sejati. Ini bukan akhir dari gerakan demokrasi, ini adalah awal," kata anggota parlemen Alan Leong.
Menyusul keputusan veto tersebut, ratusan orang pro-demokrasi di luar gedung parlemen larut dalam suka cita. Mereka bertepuk tangan meriah sambil mengacungkan tinggi payung kuning, perlambang gerakan demokrasi di wilayah otonomi China tersebut.
"Ini adalah kemenangan demokrasi dan rakyat," kata aktivis pro-demokrasi berusia 75 tahun, Wong, sambil terlihat berusaha menahan tangis haru.
Sementara itu, sekitar 500 orang yang terkumpul dalam massa pro-Beijing terlihat sendu. Mereka meneriakkan kata-kata "Jatuhkan mereka di 2016!" mendorong pengusiran anggota parlemen pada pemilu tahun depan.
Ratusan polisi siaga menjaga keamanan aksi massa. Tidak dilaporkan adanya bentrok antara massa kedua kubu yang bertentangan.
Pukulan bagi ChinaPenolakan proposal reformasi pemilu Hong Kong menjadi pukulan telak bagi China.
Pemerintah Beijing melalui kantor berita Xinhua mengatakan mereka tetap akan menjalankan rencana reformasi pemilu kendati dihantam veto parlemen Hong Kong. Tidak dijelaskan bagaimana China akan melaksanakannya.
Dengan penolakan proposal China, berarti Hong Kong akan kembali menerapkan sistem lama, yaitu pemilihan pemimpin oleh 1.200 anggota komisi pemilihan yang kebanyakan adalah orang-orang loyalis Beijing. Jika sudah begini, maka demokrasi di Hong Kong mandek.
"Kenyataannya jika oposisi memveto rencana reformasi, reformasi politik akan mandek. Jika tindakan ceroboh terus berlanjut, pusat finansial Asia ini akan terseret dalam kehancuran," tulis Global Times, tabloid terbitan perusahaan media People's Daily milik Partai Komunis.
(den)