Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan pemerintah Afghanistan kembali menguasai wilayah penting di dekat kota Kunduz, Selasa (23/6), setelah para militan Taliban mengancam akan menguasai ibu kota provinsi untuk pertama kalinya sejak kejatuhan mereka pada 2001.
Kemenangan kali ini menjadi pertanda bahwa kelompok militan Taliban meningkatkan serangan mereka di wilayah perbatasan Afghanistan, enam bulan setelah pasukan asing meninggalkan negara itu.
Sehari sebelumnya, sebuah mobil pengebom dan enam militan Taliban melancarkan serangan besar ke Gedung Parlemen Afghanistan di ibu kota Kabul. Insiden ini menewaskan seluruh pelaku penyerangan, seorang warga sipil dan sedikitnya 30 orang terluka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kekerasan di Kabul, bagian utara Kunduz dan di tempat lain di Afghanistan telah menempatkan pasukan keamanan Afghanistan dibawah tekanan, terutama karena sekarang mereka berjuang sendiri tanpa bantuan asing.
“Intensitas pertempuran terus meningkat,” kata Graeme Smith, seorang analis veteran Afghanistan di International Crisis Group.
"Bahkan lebih memprihatinkan, sifat serangan menjadi lebih serius, kita sekarang sudah membicarakan pertempuran yang berlangsung selama berhari-hari," tambahnya.
Di lini depan kota Kunduz utara, tentara dan polisi Afghanistan berhasil mengusir Taliban dari wilayah Chardara, yang dua hari lalu dikuasai oleh Taliban.
"Bala bantuan tiba di Kunduz Utara. Mereka telah memberikan perlawanan yang kuat kepada para pemberontak dan mengusir mereka dari wilayah tersebut," kata Abdul Saboor Nasrati, polisi setempat.
"Kita masih mengejar mereka dan pertempuran masih berlangsung," tambah dia.
Itu menandai jatuhnya ibu kota provinsi pertama ke tangan Taliban sejak intervensi militer pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2001.
"Jatuhnya ibu kota provinsi ke tangan musuh akan memberikan efek yang mendalam, bahkan jika kota itu diserbu hanya dalam hitungan jam," kata Smith.
Para pejabat Amerika Serikat di Washington mengatakan bahwa tidak mungkin Kunduz akan jatuh ke tangan Taliban. Mereka juga membantah adanya isu soal pemberontak yang bisa menguasai wilayah yang dijaga oleh pasukan Afghanistan yang dilatih oleh NATO.
(stu)