Vancouver, Kota Kanada Pertama yang Legalkan Bisnis Ganja

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Sabtu, 27 Jun 2015 14:25 WIB
Vancouver menjadi kota pertama di Kanada yang melegalkan pasar ganja, meski langkah ini berlawanan dengan peraturan federal Kanada.
Lampu neon berbentuk ganja sudah banyak ditampilkan di jendela toko-toko di seluruh kota, dan lowongan pekerjaan di toko ganja sudah banyak dibuka di Vancouver, Kanada. (Ilustrasi/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Vancouver meloloskan rancangan peraturan baru untuk mengizinkan dan mengatur toko ganja ilegal. Langkah ini menjadikan Vancouver sebagai kota pertama di Kanada yang melegalkan pasar ganja, berlawanan dengan peraturan federal Kanada.

Setelah 4 hari pendapat dengar pendapat publik digelar, dewan kota menyetujui bahwa regulasi itu akan mengatur kontrol lokasi dan biaya lisensi yang sangat mahal untuk banyak toko ganja di Vancouver. Diperkirakan, Vancouver akan memiliki lebih banyak toko ganja daripada kedai kopi Starbucks.

Lampu neon berbentuk ganja sudah banyak ditampilkan di jendela toko-toko di seluruh kota, dan lowongan pekerjaan di toko ganja sudah banyak dibuka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, terdapat ambiguitas hukum terkait ganja di Kanada. Mahkamah Agung mendesak pemerintah Kanada memberikan akses penggunaan ganja untuk pengobatan medis dengan resep, namun penjualan produk ganja di toko tetap dianggap ilegal.

Pihak Kepolisian di Vancouver sendiri menyatakan penggerebekan ganja bukanlah prioritas mereka.

Dalam upaya untuk mengatasi kontradiksi ini, dewan kota sudah meluncurkan konsultasi publik terkait peraturan ini pada April lalu.

Proposal tersebut menuai kecamana dari Ottawa. Menteri Kesehatan Ottawa, Rona Ambrose, menuliskan sebuah surat kepada Wlikota Vancouver, Gregory Robertson, bahwa setiap upaya untuk mengatur toko ganja berarti melegitimasi kegiatan ilegal. Rona meminta dewan untuk menolak usulan tersebut dan menutup toko-toko ganja disana.

Anggota Dewan Vancouver, Geoff Meggs mengatakan komentar yang dilontarkan Ambrose menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak melihat realita di lapangan. Dia juga yakin bahwa langkah yang diambil oleh Vancouver ini akan memberikan sebuah perbedaan baru di Kanada.

"Saya pikir hal ini akan menjadi keputusan yang signifikan dan akan memberikan dampak yang luas," ujar Geoff.

Banyak dari warga Kanada, termasuk Ketua Partai Liberal Federal Justin Trudeau, polisi setempat, dan petugas kesehatan, percaya bahwa ini merupakan waktu yang tepat untuk melegalkan dan memberlakukan sistem pajak atas penjualan ganja.

Namun, keputusan terbesar akan tetap berada pada pemerintah federal, yang mempunyai otoritas penuh untuk melegalkan ganja, namun cenderung menolak usulan ini.

Ambrose kembali menyatakan ketidaksetujuannya dengan ide legalisasi ganja tersebut. Dia menganggap bahwa ganja akan tetap ilegal dibawah pemerintah konservatif ini.

Dia juga menyerang Trudeau karena telah menyetujui legalisasi ganja ini.

"Toko-toko ganja ini tentu tidak menghargai aturan hukum dan telah tertangkap sedang menjual ganja kepada anak-anak kecil. Anak kecil ini merepresentasikan visi Justin Trudeau untuk lingkungan Kanada," tulis Ambrose dalam sebuah pernyataan.

Dalam aturan baru ini, toko obat akan dilarang beroperasi dalam jarak 300 meter dari sekolah, pusat komunitas dan toko ganja. Mereka juga akan berkewajiban membayar biaya izin usaha sebesar US$30 ribu dolar, atau setara dengan Rp399 juta.

Angka tersebut jauh di atas biaya lisensi toko yang umumnya seharga US$250 dolar, atau sekitar Rp3,3 juta.

Ketika konsultasi publik dibuka, lebih dari 200 orang menaruh pendangan mereka secara pribadi atau langsung melalui email ke anggota dewan.

Manajer Kota Vancouver, Penny Ballem, mengatakan bahwa pengiriman konsultasi paling mencolok berasal dari mereka yang bekerja di "klub kasih sayang", klub yang menyediakan ganja medis untuk penderita kanker dan penyakit lainnya.

Dia menyayangkan bahwa dia harus membayar mahal untuk membeli ganja yang dikhususkan kepada para penderita penyakit kanker.

Menanggapi hal tersebut, Vancouver membuat pengecualian untuk Ballen. Dia hanya harus membayar US$1.000 dolar, atau Rp13,3 juta.

Ballem percaya bahwa toko ganja sedang mengalami kemajuan pesat sebagai reaksi terhadap legalisasi ganja di Washington dan Oregon. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER