Jakarta, CNN Indonesia -- Perancis telah mendeportasi 40 imam masjid asal negara lain dalam tiga tahun terakhir karena dianggap menyebarkan kebencian dalam ceramahnya. Langkah Perancis ini dilakukan untuk membendung radikalisme dan terorisme yang telah memakan korban di negara itu.
Diberitakan Channel NewsAsia, Selasa (30/6) Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan sepertiga dari imam tersebut dideportasi dalam enam bulan terakhir. Cazeneuve memperingatkan masjid dan penceramah untuk tidak memicu kebencian, menyusul pemenggalan di sebuah pabrik gas pekan lalu.
Serangan di kota Lyon itu dilakukan oleh Yassin Salhi, 35, yang memenggal bosnya sendiri dan menancapkan kepalanya di pagar pabrik. Serangan yang diduga bermotifkan agama ini adalah yang kedua terjadi di Perancis setelah penembakan di kantor majalah Charlie Hebdo, menewaskan 12 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mendeportasi imam, Cazeneuve mengatakan tengah menyelidiki beberapa masjid yang dituduh menyebarkan kebencian. Jika tuduhan itu terbukti, maka masjid-masjid itu akan ditutup.
"Kami telah mendeportasi 40 penyebar kebencian sejak 2012, sejak awal tahun ini kami telah memeriksa 22 kasus dan sekitar 10 imam dan penceramah telah diusir," ujar Cazeneuve.
Kasus Salhi pekan lalu tidak ayal kembali mengejutkan publik Perancis. Setelah melakukan pemenggalan, dia meletakkan bendera bertuliskan Arab di samping kepala korban.
Pria 35 tahun ini juga diyakini mengirimkan foto selfie bersama kepala korban ke nomor ponsel yang diyakini milik militan Perancis di Suriah.
Salhi memang telah diawasi karena keterkaitannya dengan kelompok Islam radikal di Perancis. Namun penyidik meyakini peristiwa pekan lalu tidak hanya dilandasi ideologi, melainkan ada masalah personal juga.
"Tidak diyakini ada motivasi personal juga, tapi dalam peristiwa itu terdapat simbol dari terorisme," kata Cazeneuve.
(den)