Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa waktu belakangan tersiar kabar bahwa ada seorang anggota polisi Indonesia yang bergabung dengan kelompok ekstremis ISIS dan tewas dalam pertempuran di Suriah. Kementerian Luar Negeri RI mengaku tidak dapat mengonfirmasikan kebenaran kabar ini lantaran perwakilan Indonesia di Suriah tidak bisa mengakses informasi ke luar.
"KBRI di Damaskus kan pergerakannya dibatasi karena keadaan di sana tidak aman. Bahkan seluruh perwakilan asing di Suriah dilarang keluar dari Damaskus sendiri," ujar juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis (2/7).
Menurut Arrmanatha--akrab disapa Tata, keterbatasan akses ini menjadi faktor utama kenapa ISIS tidak bisa tersentuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Basis ISIS kan di luar Damaskus sehingga kami sulit mengonfirmasi (jika ada WNI dikabarkan bergabung ke sana)," ujar Tata.
Diberitakan sebelumnya, seorang WNI yang merupakan anggota polisi berpangkat Brigadir diketahui bergabung dengan ISIS dan tewas dalam pertempuran beberapa hari lalu.
Berdasar informasi dari media yang diduga sebagai alat propaganda ISIS berbahasa Melayu, Azzammedia, polisi berpangkat Brigadir itu bernama Syahputra, namun telah mengganti namanya menjadi Abu Azzyn Al Indunisiy setelah bergabung ISIS.
Ia disebut ke Suriah pada Maret lalu, dan ditampilkan pula foto Syahputra saat masih menjadi polisi, lengkap dengan seragam dan senapan laras panjang.
"Abu Azzayn al Indunisiy gugur syahid di front pertempuran Tal Tamr, wilayah al Barakah, melawan pasukan koalisi Salibis Amerika," seperti tertulis di Azzammedia pada Senin (29/6).
Klaim tewasnya Syahputra atau Abu Azzayn ini bersamaan dengan sejumlah serangan udara yang dilancarkan pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di Irak dan Suriah.
Sebanyak 187 serangan dilancarkan di Irak, sedangkan enam serangan dilancarkan di beberapa wilayah di Suriah.
Militer AS pada Senin lalu mengatakan bahwa di Suriah, empat serangan dilancarkan ke sejumlah posisi ISIS dekat Kobani. Serangan ini diklaim menghancurkan kapal, kendaraan perang serta tempat perlindungan ISIS.
Selain itu, serangan juga dilancarkan ke daerah Ar-Raqqah dan Al-Hasakah, provinsi di mana Tal Tamer (Tal Tamr) berada.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memerkirakan ada 500-600 WNI bergabung dengan ISIS. Jumlah ini belum pasti karena tidak sedikit WNI yang tidak terpantau aktivitasnya oleh pemerintah.
Sejauh ini, pemerintah mengetahui jumlah WNI yang bergabung ISIS dari keberangkatan mereka ke negara yang menjadi basis ISIS maupun dari pengungkapan di sejumlah lokasi di Indonesia.
Kondisi dan kebutuhan ekonomi menjadi salah satu faktor yang membuat ratusan WNI tersebut memilih ikut berperang bersama ISIS. Mereka dijanjikan akan mendapat kehidupan yang lebih layak ketimbang pendapatan mereka selama ini, sambil berjuang membela agama.
(stu)